Mohon tunggu...
Teopilus Tarigan
Teopilus Tarigan Mohon Tunggu... ASN - Pegawai Negeri Sipil

Pro Deo et Patria

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ilusi Cinta Mirna

17 Oktober 2021   01:32 Diperbarui: 17 Oktober 2021   01:34 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Okelah, taruh saja di situ. Nanti akan saya periksa," jawab sang profesor sambil menatap sejenak ke Eman tanpa melepaskan pena tinta cairnya.

"Kamu boleh pergi. Nanti datang lagi siang Senin depan," sambungnya.

"Terima kasih, Prof," kata Eman sambil bersiap beranjak dari kursinya tanpa ada niat untuk bertanya lebih jauh soal apa pun terkait barang bawaan yang penting bagi masa depan gelar sarjananya.

"Permisi, Prof," kata Eman sambil membungkuk takzim.

"Ya. Eh, kamu teman Mirna, anak saya, bukan?" tanya profesor.

Belum sempat Eman menjawab, sang profesor kembali membuat Eman terkejut. "Mirna titip salam, katanya kalau saya ketemu sama kamu, bilang agar kamu menghubunginya. Dia kurang enak badan beberapa hari ini," kata prof Embing.

Eman terkejut. Bukan main senangnya hatinya. Meskipun dia sudah pernah bercerita, dengan dramatis, bahwa dia punya tunangan dari keluarga pihak ibunya di kampung, yang menanti gelar sarjana hukum tersemat di namanya yang hanya empat huruf, sang profesor tampaknya menerimanya dengan hati terbuka untuk "berteman" dengan Mirna, anaknya.

Bukan main baiknya bapak ini, pikir Eman. Mengapa aku yang lancang dan tak menonjol ini disambut dengan baik meskipun penuh sandiwara, pikirnya.

Eman merasa lututnya lemas. Bukan karena cemas, tapi perasaannya melayang dalam kasmaran.

"Baik, Prof. Terima kasih, saya pamit undur diri," katanya. Kali ini suara dan sikapnya mantap.

Keluar dari ruangan bimbingan bagi orang-orang terpelajar itu dia merasakan bibirnya agak basah. Sungguh senang bukan main hatinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun