Mohon tunggu...
Teopilus Tarigan
Teopilus Tarigan Mohon Tunggu... ASN - Pegawai Negeri Sipil

Pro Deo et Patria

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Artikel Utama

Filsafat Tungku Kayu Bakar, Pilihan di Antara Romantisme dan Realisme

8 September 2021   23:56 Diperbarui: 9 September 2021   11:41 4846
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Daerah dengan tingkat ketergantungan paling rendah akan kayu bakar sebagai energi untuk memasak cenderung lebih maju secara ekonomi. Sebaliknya, daerah dengan tingkat ketergantungan paling tinggi akan kayu bakar untuk memasak cenderung memiliki proporsi rumah tangga dengan pendapatan rendah.

Menimbang Baik Buruk Pilihan dari Kacamata Kesehatan

Dilansir dari alodokter.com, salah satu kondisi yang bisa meningkatkan risiko seseorang mengalami keracunan karbon monoksida adalah menggunakan peralatan berbahan bakar termasuk arang dan kayu bakar di dalam ruangan dengan ventilasi yang buruk. Kemiskinan sering kali berkorelasi dengan kondisi rumah yang buruk.

Berdasarkan penjelasan dari sumber yang sama bahwa komplikasi keracunan karbon monoksida pada sekitar 10--15% penderita bisa mengalami komplikasi jangka panjang. 

Beberapa komplikasi yang dapat terjadi meliputi kerusakan otak, gangguan kemampuan penglihatan atau pendengaran, gangguan memori dan konsentrasi, serta memicu parkinsonisme. Selain itu bisa memicu penyakit jantung dan gangguan pada janin.

Tentu saja ada mekanisme pencegahan untuk meminimalisasi dampak negatif dan risiko keracunan karbon monoksida ini. Namun, kesulitan dalam hal ini adalah kesulitan yang tidak mudah diatasi karena bukan hanya berasal dari luar melainkan dari dalam, terkait kemampuan ekonomi, membuat risiko itu lebih sering seperti terabaikan.

Namun, perlu mengutip kembali sebuah ungkapan dari Minangkabau yang berkaitan dengan dapur. "Dibaliak-baliak bak mamangang," maksudnya untuk berbuat sesuatu harus dipikirkan benar baik dan buruknya.

Seperti romantisme dan realisme yang memiliki landasan pikir dan kelogisan masing-masing, menjelaskan perilaku dan pilihan sikap seseorang dalam menjalani kehidupannya tidak cukup dipandang berdasarkan satu kebenaran tunggal.

Tidak cukup mengenal seseorang dari apa yang terlihat dan nampaknya terukur. Manakala kita sudah mengetahui alasan mengapa seseorang memilih melakukan atau tidak melakukan sesuatu, barangkali saat itu kita sudah mulai mengenalnya.

Sebuah pepatah Minangkabau sebagai penutup. "Manumbuak di lasuang, batanak di pariuak," artinya melakukan sesuatu pada tempatnya.

Salam kayu bakar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun