Mohon tunggu...
Teopilus Tarigan
Teopilus Tarigan Mohon Tunggu... ASN - Pegawai Negeri Sipil

Pro Deo et Patria

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

"Dark Waters", Kesehatan dan Lingkungan di Bawah Bayang-bayang Perundungan Institusi

30 Agustus 2021   00:11 Diperbarui: 30 Agustus 2021   00:21 754
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa yang pertama kali terlintas di benak para pembaca saat menemukan sebuah aliran sungai yang tercemar? Apakah itu karena tumpukan sampah plastik atau material lain yang sukar terurai? Atau baunya yang menyengat serta warna tampilan muka air yang tampak ganjil, mungkin akibat tercemar zat-zat beracun?

Mungkin ada yang masa bodoh, berlalu sambil menutup hidung rapat-rapat, atau mengumpat sambil meludah jijik. Tapi mungkin ada juga yang berpikir mengapa ini bisa terjadi, siapa pelakunya?

Ada banyak kemungkinan reaksi, tapi sekarang kita fokus ke sebuah perbandingan berdasarkan kisah nyata yang dibuat menjadi film. Judul film itu adalah "Dark Waters".

Film yang dirilis pada tahun 2019 ini disutradari oleh Todd Haynes, dibintangi oleh Mark Ruffalo yang berperan sebagai Robert Bilott (Rob), serta Anne Hathaway sebagai Sarah Barlage Bilott (istri Rob). Rob adalah seorang pengacara yang bekerja untuk membantu soal-soal hukum pada perusahaan kimia.

Skenario film yang diangkat dari kisah nyata ini ditulis oleh Matthew Michael Carnahan dan Mario Correa berdasarkan sebuah artikel di majalah The New York Times berjudul "The Lawyer Who Became DuPont's Worst Nightmare", yang  ditulis oleh Nathaniel Rich. Skenario film Dark Waters masuk dalam nominasi skenario terbaik pada Satellite Awards (2019), dan USC Scripter Award (2020).

Arti Keluarga di Antara Nurani yang Terusik dan Risiko Perundungan 

Perundungan bisa terjadi tidak hanya dalam interaksi antar manusia sebagai individu. Perundungan dari, oleh, dan antar manusia bisa menginstitusi (melembaga) atau dilakukan oleh institusi.

Pengertian institusi dalam hal ini bisa sangat luas. Perkumpulan marga, arisan, komunitas, perusahaan, bahkan institusi pemerintah atau negara, bisa saja secara sengaja atau tidak, terasa menghadirkan perundungan bagi setidaknya sebagian manusia lainnya. Perundungan bisa jadi menyerempet pengertian kekerasan dalam berbagai wujudnya.

Dilansir dari hellosehat.com, ada 12 (dua belas) jenis kekerasan verbal yang mungkin pernah kita alami atau lakukan. Selusin kekerasan itu meliputi: merahasiakan informasi tertentu, membantah, menyangkal, kekerasan dengan selubung gurauan, mendominasi percakapan tanpa mau mengalah, menuduh dan menyalahkan, meremehkan dan merendahkan, memaki dan menghina, mengancam, memerintah, membela diri meski salah, dan membentak.

Apakah yang melakukan kekerasan (termasuk perundungan) paling mungkin adalah pihak yang lebih berkuasa?

Meminjam teori relasi kuasa Michel Foucault, bahwa kekuasaan tidak dapat dipisahkan dengan pengetahuan. Kekuasaan menghasilkan pengetahuan dan pengetahuan dibentuk oleh kekuasaan.

Bisa kita bayangkan apa jadinya orang yang tidak berdaya, lemah dalam sumber daya, miskin dalam pengetahuan, bersengketa dengan pihak yang memiliki segalanya. Dia, atau institusi seperti itu, kemungkinan bisa mendapatkan dan memenangkan segalanya.

Lebih mengerikan lagi bila salah satu saja dari antara 12 kekerasan verbal menurut hellosehat itu mampu dibuatnya berlindung di balik undang-undang dan seperangkat peraturan lainnya. Tentu saja kemungkinannya lebih besar bila berada di tangan pengelola institusi yang rakus.

Itulah yang dialami oleh Rob Billot saat mewakili puluhan ribu warga Parkersburg, Virginia Utara, melawan raksasa perusahaan kimia, DuPont. Perusahaan kaya raya ini diyakini oleh Wilbur Tennant, yang mengenal nenek Rob, telah mencemari sungai dan lingkungan sekitar di Parkersburg dengan limbah kimia beracun.

Mencoba memberi perhatian atas laporan itu, Rob yang sebenarnya merupakan pengacara pembela perusahaan kimia mengunjungi neneknya ke Parkersburg. Dia juga menyempatkan diri singgah di peternakan keluarga Tennant yang dulunya merupakan tempat yang sangat disukainya untuk dikunjungi.

Dia menemukan fakta yang menarik perhatiannya di antara anak remaja Parkersburg dan hewan ternak peliharaan Wilbur. Gigi anak remaja itu menghitam, sebagaimana juga gigi sapi Wilbur. Beberapa di antara organ sapinya yang mati dan disimpannya sebagai bukti bahkan membengkak dan memiliki tumor.

Nurani Rob terusik. Segera saja dia berniat membantu orang-orang di kampung halaman neneknya ini.


Firma hukum tempat dia bekerja awalnya kurang setuju dengan niat Rob, karena mereka tahu betul perangai dan besarnya kekuasaan DuPont. Namun, Rob meyakinkan bos dan rekan-rekannya bahwa kasus ini bukan saja menyangkut kepentingan warga Parkersburg, tapi warga Amerika secara keseluruhan.

Perkara itu berawal dari temuan Rob berkat ketekunannya menelaah berkas-berkas yang disampaikan DuPont atas permintaan Rob yang telah mendapat izin dari pemerintah. Rob mewakili warga Parkersburg menggugat DuPont.

Mark Ruffalo dalam film thriller Dark Waters, 2019. (Sumber: idmb.com)
Mark Ruffalo dalam film thriller Dark Waters, 2019. (Sumber: idmb.com)

Temuan itu adalah adanya sebuah berkas penelitian internal DuPont yang menyinggung soal keberadaan PFOA. Itu adalah singkatan dari perfluorooctanoic acid.

Bahan kimia itu ditandai dengan kode C-8. Itu adalah bahan kimia yang terdiri atas ikatan karbon yang sangat panjang, hingga mungkin tidak akan pernah bisa terurai. Bahan kimia itu digunakan dalam lapisan teflon, yang digunakan dalam banyak sekali peralatan rumah tangga dan mainan anak-anak di Amerika.

Dalam penelitian DuPont ada kemungkinan efek jangka panjang PFOA terhadap tubuh manusia. Beberapa karyawan wanita yang bekerja di divisi teflon ini diberhentikan.

Salah satunya bernama Sue Bailey. Ia melahirkan bayi dengan kondisi fisik yang cacat, bernama Bucky. Bucky Bailey muncul dalam sebuah adegan film sebagai dirinya sendiri, ketika ia mengisi bahan bakar di sebuah SPBU dan mengenali Rob yang berjuang bagi orang-orang seperti dirinya.

Namun, DuPont tidak pernah merilis temuannya itu ke publik. Tidak juga muncul dalam laporan penelitian dan pemeriksaan oleh Environmental Protection Agency (EPA), sebuah badan perlindungan lingkungan di Amerika Serikat.

Tidak hanya nurani Rob yang terusik. Kenyamanan DuPont pun ikut terusik. Dalam perjuangan di antara relasi kuasa itu, Rob, keluarganya, termasuk warga Parkersburg riskan berada di bawah bayang-bayang perundungan kekuasaan. Dalam hal ini tentu saja kekuasaan yang dibentuk oleh uang.

Rob juga manusia yang tidak bisa tidak membutuhkan uang. Ekonomi rumah tangganya terancam. Sudah tiga kali gajinya dipotong oleh firma tempatnya bekerja.

Pasalnya tidak lain karena Rob tidak pernah lagi mendapatkan klien sejak mengurusi perkara gugatan melawan DuPont itu. Dia juga sudah menghabiskan cukup banyak uang untuk pembiayaan sebuah panel penelitian medis.

Panel itu diminta meneliti hubungan antara gangguan kesehatan yang dialami warga Parkersburg dan kemungkinan keterlibatan limbah beracun (PFOA) yang dihasilkan oleh DuPont sebagai penyebabnya. Sampel sebanyak hampir 70.000 dari warga Parkersburg tercatat sebagai salah satu sampel penelitian medis terbesar yang pernah dilakukan di Amerika.

Namun, sayang sekali. Tidak mudah mendapatkan kesimpulan penelitian atas sampel sebanyak itu.

Hal pertama yang terlintas di benak kita ketika menghadapi situasi seperti Rob mungkin adalah bagaimana keluarga kita akan hidup. Anak-anak membutuhkan biaya dalam pendidikannya, semua anggota keluarga perlu makan untuk hidup, ada banyak sekali tagihan yang harus dibayar, dan lain sebagainya. Rob rubuh, dia terkena stroke ringan.

Setalah menunggu 7 tahun dalam penantian tak pasti dan sangat menyiksa, Rob menerima kabar baik. Panel penelitian medis itu menyimpulkan bahwa ada 2 jenis kanker dan 4 jenis penyakit berbahaya lainnya yang sudah diderita bertahun-tahun oleh warga Parkersburg disebabkan oleh zat beracun PFOA yang terkandung dalam limbah buangan DuPont.

DuPont membantah semua kesimpulan itu. Mereka meminta agar kasus ini dilanjutkan ke pengadilan.

Temuan penelitian medis itu menjadi dasar legal bagi lebih dari 3.500 kasus penyakit yang dialami warga untuk mengajukan tuntutan ganti rugi terhadap DuPont melalui pengadilan. Rob Bilott menjadi pembela atas satu-persatu kasus itu di pengadilan melawan bayang-bayang kekuatan raksasa DuPont.

Beberapa kasus sudah diputuskan dan dimenangkan oleh warga. Ganti rugi yang harus dibayar oleh DuPont bernilai jutaan dolar. Persidangan kasus ini masih terus berjalan hingga saat film ini diproduksi. Nilai total ganti rugi untuk seluruh kasus ini adalah 671 juta dolar Amerika.

Ada sebuah pesan dari Sarah, istri Rob kepada bos firma hukum tempat Rob bekerja, ketika mereka berdua mengantarkan Rob ke rumah sakit saat Rob diserang stroke ringan, karena kasus yang dibelanya belum juga menunjukkan titik terang setelah sekian lama. "Tolong jangan lihat ini sebagai kegagalan. Rob telah bekerja sangat keras. Baginya pekerjaan ini bukan saja sekadar pekerjaan, ini adalah rumahnya."

Bukan hendak masuk ke substansi gugatan hukum terhadap korporasi sebesar DuPont oleh warga yang menderita penyakit akibat bahan beracun ini. Namun, apa yang dialami oleh Rob adalah sebuah contoh nyata bahwa keberhasilan yang tertunda pada perjalanannya memang bisa tampak sebagai sebuah kegagalan.

Good job, Rob!

Rujukan: 1, 2, 3, 4, 5, 6

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun