Tapi tidak juga kali ini. Adik sepupu saya mengabarkan bahwa pesta kerja tahun kali ini yang berlangsung pada 17-18 Juli ini masih tanpa ada undangan bagi kerabat dan sanak saudara. "Kerja tahun, tapi jangan bilang-bilang sama keluarga kata Corona," katanya setengah bercanda.
Ini kenyataannya. Walaupun salah satu kesulitan hidup bergerombol adalah perebutan makanan, nyatanya makan-makan tanpa ramai-ramai tetap saja tidak terasa sebagai sebuah "kerja tahun," katanya.
Saya dan anggota keluarga lainnya pun kembali hanya menikmati suasana "kerja tahun" kali ini hanya lewat foto-foto yang dikirimkan.
Menarik mengingat sebuah kalimat dari Neil Armstrong ketika ia menjejakkan kaki pertama kali di bulan lebih setengah abad yang lalu terkait kenyataan kerja tahun kini. "That's one small step for a man, one giant leap for mankind," katanya. Ini adalah langkah kecil seorang manusia, tapi lompatan besar bagi kemanusiaan.
Kerja tahun pada masa pandemi yang memasuki tahun kedua ini, disadari atau tidak, telah memicu sebuah lompatan besar kebudayaan.
Merayakan kerja tahun kini harus terbiasa tanpa kehadiran keluarga besar dan berlangsung tanpa hingar-bingar lagu dan tarian pesta sebagaimana biasanya ia dikenal dan dipahami selama ini. Bagaimana pun juga, untuk saat ini hal itu adalah pilihan terbaik untuk kebaikan bersama.
Bagaimana pun situasinya, tokh pada saat kerja tahun, doa mantra dari zaman nenek moyang itu masih bisa kita lantunkan kini. "Mbuah page nisuan, merih manuk niasuh". Kiranya tanah akan kembali memberikan hasil panen padi yang melimpah, dan hewan ternak peliharaan jauh dari penyakit serta semakin banyak beranak pinak.
Benarlah bahwa dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat. Apa pun yang membuat kita mampu bertahan akan menjadi kebiasaan. Kebiasaan itu menjadi adat dan kebudayaan kita kemudian.
Semoga kita bisa menjadi pemenang dalam segala situasi yang kita hadapi.
Salam sehat, selamat kerja tahun. Mejuah-juah.