Tidak pernah terbayangkan oleh kami kondisi seperti ini sebelumnya. Tidak ada perayaan pesta panen bukan karena gagal panen, tapi karena ada pandemi.
Bagi kami ini adalah sejenis penyakit tidak kasat mata. Namun, telah banyak merenggut nyawa keluarga, sanak saudara, sahabat, kerabat, teman, kenalan, dan handai taulan.
Ia melanda hampir seluruh pelosok negeri. Rasanya seperti kami menaruh rasa takut kepada sesuatu yang tidak kami ketahui apa yang harus kami takutkan.
Merayakan Panen untuk Mengalihkan Perhatian
Oke, kita tidak akan lebih berlama-lama lagi menambah rasa haru atas kondisi pandemi yang berkepanjangan ini. Bagaimana pun, hidup harus terus berjalan.
Saya mengalihkan pembicaraan. Alih-alih membahas pesta tahunan atau kerja tahun, kami larut dalam perbincangan tentang keseruan saat panen padi kemarin. Saya menjadikannya sebuah tulisan di Kompasiana.
Dari adik sepupu saya itu, saya mendapat informasi bahwa hasil panen tahun ini relatif sama dengan tahun yang lalu. Apa saja yang menarik di sana kalau begitu? Berikut ini liputannya.
1. Makan
Kenangan masa kecil saya membawa sebuah koleksi memori yang paling melekat terkait masa panen padi. Saat panen padi berarti makan enak.
Saya kira ini bukanlah soal menu masakannya. Menu makan siang yang paling saya ingat di sela kegiatan panen padi di sawah saat saya kecil dulu adalah sajian ikan sarden kalengan yang dibubuhi sambal tomat kental, terkadang ditambah dengan parutan kelapa.
Saya meminta adik sepupu saya itu mengirim foto sajian bekal makan siang yang dia santap saat panen kemarin. Ternyata sama dengan kenangan masa kecil saya itu. Menu makan siangnya kali ini pun adalah ikan sarden kalengan yang digulai dengan parutan kelapa, ditambah dengan masakan sayur terong antaboga.