Mohon tunggu...
Teopilus Tarigan
Teopilus Tarigan Mohon Tunggu... ASN - Pegawai Negeri Sipil

Pro Deo et Patria

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Pertanian Terintegrasi Wortel dan Kelinci, serta Pemanfaatan Hasil Sampingannya

24 Juni 2021   12:54 Diperbarui: 25 Juni 2021   11:39 1515
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ternak kelinci dalam kandang (Dokumentasi pribadi)

Pakan ternak kelinci dari hasil sampingan pertanian wortel (Dokumentasi pribadi)
Pakan ternak kelinci dari hasil sampingan pertanian wortel (Dokumentasi pribadi)
Seekor induk kelinci mampu melahirkan 5-7 kali dalam setahun, dan sekali melahirkan rata-rata menghasilkan 6. Untuk itu akan diperoleh sebanyak 30-42 ekor anak setiap kelahiran.

Pada umumnya ternak kelinci yang banyak dipelihara terdiri dari 2 breeds yaitu breeds fur (hias) dan fancy (kesenangan). Setiap kelompok breeds masih terbagi atas varietas-varietas berdasarkan warna rambut. 

Hasil dari beternak kelinci ada yang untuk tujuan memperoleh daging, anakan/bibit, bulu/kulit, untuk hiasan/kesenangan, penelitian, dan untuk kotorannya untuk pertanian.

Melihat pakan ternak kelinci tersedia melimpah dari tanaman wortel yang banyak dibudidayakan warga, maka konsep integrated farming dalam hubungan wortel dan kelinci ini adalah pemanfaatan hasil sampingan dari dan untuk pertanian. Hasil sampingan wortel untuk pakan kelinci, kotoran kelinci untuk pupuk wortel dan tanaman lainnya.

Kotoran dan urin kelinci adalah bahan dengan kandungan yang cocok untuk pembuatan gas methane, media untuk pertumbuhan jamur, dan sebagai bahan pembuat kompos. 

Urin kelinci dapat dimanfaatkan sebagai pupuk bunga anggrek. Produksi kotoran padat kelinci dapat mencapai 35 kg sampai 156 Kg/ tahun untuk satu ekor kelinci, tergantung jenis dan ukurannya.

Yang perlu diperhatikan dalam pembuatan kandang kelinci adalah perlunya memisahkan urin dengan kotorannya. Hal ini perlu untuk meminimalkan bau sebagaimana halnya dengan kandang-kandang ternak pada umumnya.

Dilansir dari Kompas.com yang mengangkat kisah ibu Vita, seorang dosen berstatus PNS yang mengajar di Universitas Mulawarman, dan kemudian berhenti menjadi dosen dan lebih memilih beternak kambing. 

Dia menjelaskan bahwa pada prinsipnya yang membuat bau itu adalah urin ternah. Jadi perlu dikondisikan memisah urin dan kotoran padat dengan membuat instalasi tertentu pada kandang.

Konsepnya, di bawah kandang dipasang jaring untuk menangkap kotoran. Jaring tersebut dipasang miring agar kotoran bisa mengelinding ke tampungan yang disediakan. 

Kemudian, di bawah jaring, dipasang fiber yang juga diposisikan miring untuk menampung urin. Urin kelinci kemudian dikumpulkan dalam tempat penampungan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun