Saya bukan peneliti yang telah mengukur kadar gizi dari "susu" air tajin ini. Namun, kami tiga bersaudara yang di masa kecil hidup pas-pasan adalah anak-anak yang pernah disapih dengan air tajin dari nasi yang ditanak menggunakan periuk. Nyatanya, kini saya mampu menulis di Kompasiana.
Beras yang telah dicuci direndam di dalam periuk. Air bekas cuciannya baik ditampung untuk vitamin bagi tanaman hias dan tanaman lainnya.
Menakar air rendamannya sangat mudah. Percaya atau tidak, takaran air yang saya gunakan sejak mulai tahu menanak nasi saat masih duduk di kelas 3 SD sampai hari ini masih tetap sama. Batas permukaan air rendaman itu tidak lebih tinggi dari ruas kedua buku-buku jari tengah, diukur dari permukaan beras dalam periuk.
Itu ajaran nenek dari ibu saya, yang mengajarkan kepada saya jurus menanak nasi dengan periuk ini. Jangan takut kebanyakan air, sebab pada fase mendidihnya air itu adalah tahapan awal dalam produksi "susu" air tajin.
Bila kelihatan airnya masih cukup banyak, maka kita tinggal menyendoki air tajin seperlunya, hingga mendapatkan "susu" dan tetap mendukung optimalnya tingkat kelembutan butiran nasi pada saat matangnya.
Air tajin sebetulnya sudah mengandung glukosa. Namun, bagi anak-anak yang menyukai rasa lebih manis, maka air tajin itu tinggal ditambahkan gula pasir atau gula merah secukupnya.
3. Kerak nasi yang melekat di dasar periuk adalah cemilan yang gurih
Kerak nasi adalah cemilan yang mirip rengginang. Kalau di kampung kami disebut saja kerak.
Kerak nasi yang melekat di dasar periuk tinggal dikorek saja. Bentuknya pun bagus, seperti mangkuk.
Apakah nasi yang ditanak dengan rice cooker elektrik tidak berkerak? Ada juga keraknya, tapi nggak cantik. Bahkan dengan lapisan teflon pada permukaan pancinya, butir nasi pun terpeleset di sana.