Pemasaran ini memungkinkan petani langsung menjual ke para pembeli. Selain itu, sepanjang jalan nasional yang menghubungkan kota Kabanjahe dan Medan di sekitar desa Raya ini juga banyak berdiri kios-kios warga yang setiap hari menjual bunga, tidak hanya pada saat hari pasar.
Lagi pula jalan nasional ini juga adalah salah satu jalan utama yang menghubungkan baik 4 kabupaten yang berbatasan dengan Kabupaten Karo maupun Provinsi Aceh dengan kota Medan, ibu kota Sumatera Utara. Jadi lalu lintas kendaraan cukup ramai di sini.Â
Semoga saja para pengguna jalan tidak sekadar "kelaling-kelaling", jalan ke sana ke mari tak tentu arah sehingga bahkan tidak melirik bunga-bunga yang cantik di tepi jalan ini.
Apalagi sejak masa-masa awal pandemi covid-19 pada tahun 2020 yang lalu, di mana perayaan hari-hari besar keagamaan juga dibatasi. Hal ini berdampak terhadap turunnya permintaan akan bunga-bunga yang biasa tinggi pada masa-masa menjelang dan selama hari raya Paskah, Lebaran, Natal, dan Tahun Baru.
Semoga saja ini menjadi tonggak kebangkitan kembali harumnya bunga-bunga desa Raya yang berdampak bagi kesejahteraan warga desa, dan menginspirasi desa-desa lainnya di Tanah Karo.
Baca juga:Â Dari Keindahan Taman 1.000 Bunga Desa Raya, Tersemai Kesejahteraan dan Kemandirian Desa
Inilah 5 hal yang bisa digali dan dicermati dari riwayat dan realitas kehidupan para petani dan penjual bunga di tepi jalan desa Raya, yang dihubungkan dengan ungkapan populer tentang bunga.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!