Â
"Jika aku belum kembali, aku masih berpatroli. Dari dasar samudra, baktiku abadi"
Sebagaimana dilansir dari KOMPAS.com-25/04/2021, KRI Nanggala-402 dinyatakan tenggelam di perairan utara Pulau Bali pada Sabtu (24/4/2021). Tak berselang lama, tagar "Wira Ananta Rudira" yang merupakan motto Korps Kapal Selam Republik Indonesia, yang artinya Tabah Sampai Akhir, menjadi trending di Twitter pada Minggu (25/4/2021).
Hingga Minggu siang, sudah ada lebih dari 20.100 twit tentang Wira Ananta Rudira. Banyak warganet yang menulis puisi perpisahan untuk mengantar kepergian para awak kapal selam KRI Nanggala-402 ini.
Demikian halnya di mesin peramban google, pencarian dengan kata kunci ini langsung menyajikan hasil pencarian sebanyak 122,000 hasil hanya dalam tempo 0,52 detik. Takpelak, musibah yang menimpa KRI Nanggala-402 dan gugurnya 53 orang kusuma bangsa di dalamnya sontak mengarahkan perhatian warga Indonesia, bahkan berbagai negara di dunia, ke kedalaman samudra.
Bukan untuk menyatakan bahwa kita sama sekali nyatanya masih memunggungi samudra. Namun, peristiwa ini mengarahkan perhatian kita semua untuk lebih mengenal mereka yang jauh dari perhatian. Para penjaga samudra, yang berbakti dalam senyap, dan tetap tabah bahkan sampai akhir hayatnya.
Dijelaskan oleh Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Laut (Kadispen AL), Laksamana Pertama Julius Widjojono, motto Wira Ananta Rudira diusulkan oleh Laksma TNI (Purn) R. P. Poernomo yang pernah menjabat sebagai Komandan Sekolah Kapal Selam pertama pada 1959. Wira Ananta Rudira, yang berarti Tabah Sampai Akhir, resmi digunakan oleh korps kapal selam sejak 16 Maret 1961.
Kusuma bangsa yang gugur bersama KRI Nanggala 402 dinyatakan telah berada dalam patroli abadi (on eternal patrol). Ketabahan mereka melahirkan sebuah perasaan yang mendalam tentang besarnya pengorbanan yang dikandung oleh jiwa dan raga tidak saja seorang awak kapal selam, tapi juga pengorbanan keluarganya yang senantiasa mengharapkan keselamatan mereka.
Berikut ini adalah sebuah lagu berjudul "Patroli Abadi" yang diciptakan oleh Os Tarigan. Mencoba meresapi kebanggan dan kehormatan dari seorang prajurit ibu pertiwi yang mengawaki kapal selam, terangkum dalam satu kata, tabah. Lagu ini adalah sebuah persembahan bagi para patriot bangsa, orang-orang kecintaan keluarganya, yang menjaga negeri dari kedalaman dan luasnya samudra.
Sebagai sebuah senandung, ini juga adalah ucapan terima kasih yang tulus dan imajinatif untuk memuji dan memuliakan sebuah bakti yang abadi dari pawa awak Nanggala 402. Kita mungkin tidak melihat langsung kenyataan hidup mereka di bawah samudra yang luas dan gelap, tapi bakti mereka sepenuh hati, jiwa, dan raga.