Pak Priska sudah berjualan selama 20 tahun. Membuka warung soto ini sudah sekitar 3 tahun, tapi baru sejak 13 Desember 2020 yang lalu dia berjualan di lokasi saat ini, di seberang gerbang depan SD Santo Xaverius 1, Jl. Irian, Kabanjahe.
Dengan raut bangga pak Priska mengatakan bahwa kini dia sudah memiliki seorang cucu dari anaknya yang sulung. Pilihan untuk tetap berjualan meskipun saat ini tidak ada lagi anak yang menjadi tanggungan menurutnya selain untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya dan istrinya, juga untuk alasan kesehatan.
"Kita harus tetap berkerja untuk melanjutkan hidup, agar tidak membebani siapa pun," katanya. Dia bersama istrinya berjualan dan melayani pembeli dengan penuh keramahan dan suka cita.
Saya dan para pembeli di warungnya menikmati makanan dalam atmosfer penuh suka cita. Dia dan istrinya menyapa pembeli yang memesan dengan sapaan dan obrolan renyah, ramah, akrab, dan penuh kehangatan, sambil menyiapkan pesanan dengan cekatan.
Warungnya buka setiap hari, mulai pukul 6:30 wib sampai 18:30 wib. Luar biasa, itu saja sudah 12 jam kerja. Belum lagi ditambah waktu yang mereka butuhkan untuk mempersiapkan segala sesuatunya sebelum buka setiap pagi.
Warungnya akan mulai ramai oleh pengunjung yang memesan sarapan pagi pada pukul 7 wib, lalu ramai lagi pada pukul 14 wib siang, dan pukul 16 wib sore hingga tutup pukul 18:30 wib.
Liku multikulturisme dalam untaian kisah pak Priska dan istrinya, yang aku nikmati dalam semangkuk soto itu aku bungkus dan bawa juga ke rumah, untuk dibagikan ke anak dan istri, juga dalam bentuk tulisan kepada para pembaca di sini.
Perbedaan dan tantangan kehidupan, meleleh dan melebur menjadi satu, terasa nikmat dalam semangkuk soto ayam, dan dalam kisah bapak dan ibu Priska. Yuk, manggor mampir!