"Home", baik dalam tinjauan kelas kata benda, kata sifat, maupun kata kerja, akan membawa kita sampai kepada keluarga, yang kepadanya kita ingin selalu kembali. Rumah adalah tempat keluarga untuk bernanung dan karenanya ia penuh dengan cinta. Sebuah tempat, di mana anggota keluarga selalu ingin pulang ke sana.
Bila kita memakai rumus persamaan linear dengan dua variabel sebagai contoh sederhana, maka lead di atas bisa dirumuskan menjadi: Rumah + cinta = keluarga, dan bila ditranslasi akan menjadi: house + love = home. Mengapa perlu ditranslasi?
Translasi dalam matematika adalah perpindahan semua titik sejauh jarak yang sama dalam satu arah. Oleh sebab itu, translasi merupakan suatu gerak lurus (linear). Sementara itu, translasi dalam bahasa adalah proses penerjemahan dari suatu bahasa ke bahasa lain.
Dengan proses translasi dalam dua sudut pandang itu, matematika dan bahasa, maka kita akan mendapatkan sebuah kesimpulan dengan memakai metode eliminasi. Metode ini digunakan untuk mencari himpunan penyelesaian dari suatu sistem persamaan linear dengan dua variabel, dengan cara mengeliminasi (menghilangkan) salah satu variabelnya.
Tidak persis sama, tapi dengan memakai prinsip eliminasi dan translasi ini, kita akan mengeliminasi variabel-variabel yang sama, sehingga yang tinggal tersisa adalah himpunan penyelesaian yang bisa dikatakan sebagai hasil. Dalam contoh sederhana ini, bila kita mengeliminasi rumah dan cinta, serta house and love dalam bentuk translasinya, maka yang tinggal tersisa adalah keluarga dan home.
Bila rumus penemuan himpunan penyelesaian ini menarik, maka itu adalah gambaran bahwa keluarga memang sudah seharusnya dipenuhi oleh hal-hal yang menarik, sehingga kita merindukannya dan selalu ingin pulang ke sana. Sebaliknya, bila hal ini malah terasa rumit dan membingungkan, maka begitu pula gambaran yang sering terjadi di tengah keluarga.
Terkadang hal yang mungkin sepele justru menjadi rumit dalam sebuah konflik keluarga. Namun, mari lihat lebih dekat, tidakkah kerumitan keluarga itu merupakan gambaran suatu proses translasi dan eliminasi dari berbagai variabel, yang justru akan membuatnya menjadi lebih menarik dan kaya makna?
Dalam sebuah keluarga akan selalu lahir persamaan yang menghasilkan kesimpulan, bila berbagai variabel perbedaan mampu diterjemahkan melalui sebuah gerak searah.Â
Berikut ini kita akan menikmati alunan sebuah lagu yang mungkin akan membuat kita terhubung secara emosional, berjudul "Home", yang dinyanyikan oleh Michael Bubble. Setiap orang bisa merasa terhubung manakala ia tersentuh pada titik perasaan yang sama. Sebab tidak ada manusia yang tidak memiliki keluarga.
Bahkan bila mengutip moto yang sangat terkenal dari FIDE, wadah internasional bagi federasi catur negara-negara di dunia, bahwa kita semua adalah satu keluarga, "gens una sumus."
Home, selain bisa berarti keluarga, bisa juga berarti kampung halaman, tanah air, tempat kelahiran, tanah tumpah darah, tempat bernaung, tempat perlindungan, dan sebagainya, yang semuanya terasosiasi ke dalam satu kesamaan. Home adalah sesuatu di mana aku ingin selalu berada, dan ke sana aku ingin selalu kembali pulang.
Manusia bisa saja merasakan rindu kepada keluarga, merindukan perlindungan atau tempat untuk bernaung, entah karena terpisah jarak yang jauh akibat pekerjaan, penugasan, atau tercerai-berai akibat konflik dan bencana (alam dan sosial). Manusia bahkan umumnya merindukan keluarga, sekalipun ia hidup bergelimang kesenangan dan kenikmatan, tapi terpisah oleh jarak dengan si buah hati atau belahan jiwanya.
Jeritan hati yang terasa dalam lagu ini barangkali bisa membantu menghadirkan persamaan linear dengan dua variabel, yang membuat Anda merasa terhubung dengan keluarga di rumah. Terutama Anda yang saat ini jauh dari rumah, dari keluarga, dan dari kampung halaman tercinta.
Begitu pulalah mungkin yang dirasakanNya, Dia yang berdoa dalam sebuah pergumulan berat di Taman Getsmani sesaat sebelum ditangkap dan kembali pulang ke rumah Bapa melalui sebuah jalan yang penuh dengan sengsara. Dia yang kemudian berteriak "Eloi, Eloi, Lama Sabachthani?" Bapaku, ya Bapaku, mengapakah Engkau meninggalkan aku? Â Â
Selamat menyambut Paskah, wahai orang-orang baik. Aku akan pulang ke rumah. I'm coming back home.
"Home" dalam versi kover, persembahan dari seorang anggota keluarga, Os Tarigan. Selamat menikmati, Mejuah-juah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H