Home, selain bisa berarti keluarga, bisa juga berarti kampung halaman, tanah air, tempat kelahiran, tanah tumpah darah, tempat bernaung, tempat perlindungan, dan sebagainya, yang semuanya terasosiasi ke dalam satu kesamaan. Home adalah sesuatu di mana aku ingin selalu berada, dan ke sana aku ingin selalu kembali pulang.
Manusia bisa saja merasakan rindu kepada keluarga, merindukan perlindungan atau tempat untuk bernaung, entah karena terpisah jarak yang jauh akibat pekerjaan, penugasan, atau tercerai-berai akibat konflik dan bencana (alam dan sosial). Manusia bahkan umumnya merindukan keluarga, sekalipun ia hidup bergelimang kesenangan dan kenikmatan, tapi terpisah oleh jarak dengan si buah hati atau belahan jiwanya.
Jeritan hati yang terasa dalam lagu ini barangkali bisa membantu menghadirkan persamaan linear dengan dua variabel, yang membuat Anda merasa terhubung dengan keluarga di rumah. Terutama Anda yang saat ini jauh dari rumah, dari keluarga, dan dari kampung halaman tercinta.
Begitu pulalah mungkin yang dirasakanNya, Dia yang berdoa dalam sebuah pergumulan berat di Taman Getsmani sesaat sebelum ditangkap dan kembali pulang ke rumah Bapa melalui sebuah jalan yang penuh dengan sengsara. Dia yang kemudian berteriak "Eloi, Eloi, Lama Sabachthani?" Bapaku, ya Bapaku, mengapakah Engkau meninggalkan aku? Â Â
Selamat menyambut Paskah, wahai orang-orang baik. Aku akan pulang ke rumah. I'm coming back home.
"Home" dalam versi kover, persembahan dari seorang anggota keluarga, Os Tarigan. Selamat menikmati, Mejuah-juah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H