Mohon tunggu...
Teopilus Tarigan
Teopilus Tarigan Mohon Tunggu... ASN - Pegawai Negeri Sipil

Pro Deo et Patria

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Lahir Baru Pariwisata dalam Adaptasi Kebiasaan Baru

18 Maret 2021   23:04 Diperbarui: 19 Maret 2021   10:41 632
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Khususnya di Kabupaten Karo, di mana tulang punggung perekonomian masyarakat adalah dari sektor pertanian, dengan sumbangan lebih dari 50% terhadap PDRB. Sementara itu, sumbangan sektor pariwisata yang dipandang merupakan salah satu sektor unggulan hanya sekitar 2,63% terhadap PDRB. Ini berarti eksploitasi terhadap sumber daya alam masih tinggi, tanpa dukungan yang signifikan dari sektor industri kreatif.

Untuk itu, perlu dipikirkan bagaimana ekonomi kreatif yang bisa menghasilkan pendapatan dengan menjual ide (making money from idea) bisa lebih dikembangkan melalui kolaborasi. 

Tercatat bahwa ada 15 industri kreatif yang tumbuh dan berkembang di Indonesia, di mana 4 sekurangnya ada di Kabupaten Karo, meliputi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) pada sektor kuliner, pakaian, kerajinan tangan, dan video kreatif meskipun masih terbatas kepada usaha shooting video, bukan perfilman.

Perlu dipikirkan untuk membuat kebijakan agar keempat sektor UMKM ini bisa terhubung dengan sektor pariwisata dalam sebuah skema kolaborasi yang saling mendukung dan menguntungkan. Bagaimana misalnya usaha kuliner dengan produk khas hasil pertanian daerah ini bisa dijual sebagai oleh-oleh bagi wisatawan, apakah itu sirop markisa, jus jeruk, sirop terong, dan sebagainya.

Atau bunga-bunga yang cantik dengan harga yang kompetitif, dan berbagai jenis sayuran organik nan sehat sebagai buah tangan bagi wisatawan untuk dibawa pulang. Atau juga berbagai jenis kerajinan tangan dari anyaman bambu, rotan, ukiran kayu, atau juga kain tenun tradisional sebagai kenang-kenangan untuk dibawa pulang.

Semua hal ini mungkin sudah ada selama ini, tapi setidaknya dari data yang ada terlihat bahwa kontribusinya masih kalah jauh dibandingkan kontribusi sektor pertanian. Lagi pula, kreativitas dan inovasi kini dituntut untuk lebih berkembang, sebab jenis komoditi yang paling mampu bertahan di masa pandemi adalah yang juga sudah terhubung dengan ekosistem digital.

Kembali ke masa lalu sudah tidak mungkin lagi. Di saat masa depan sulit untuk diprediksi, maka setidaknya kita memiliki hari ini yang menuntut kita untuk beradaptasi lewat kolaborasi yang cerdas, bukannya bersaing dalam sikap saling memusuhi.

Rujukan: Kompas.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun