Mohon tunggu...
Teopilus Tarigan
Teopilus Tarigan Mohon Tunggu... ASN - Pegawai Negeri Sipil

Pro Deo et Patria

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Melihat dari Dekat Sisi Lain Keunikan Rumah Adat Karo di Desa Dokan

2 Maret 2021   01:51 Diperbarui: 2 Maret 2021   17:23 2642
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sang ibu akan didudukkan pada semacam tatakan kayu tebal yang disebut danggulen, yang ada di depan pintu rumah yang ditutupi sedemikian rupa.

Untuk membantu sang ibu mengeluarkan jabang bayi dari rahimnya saat kontraksi, ibu itu akan berpegangan pada "bendi-bendi".

Itu adalah semacam pegangan berukir yang ada di sisi kanan dan kiri pintu rumah adat. Berfungsi juga sebagai pegangan saat kita hendak memasuki rumah sambil menunduk.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Saat kita harus menunduk apabila masuk ke rumah adat Karo, bagiku membawa sebuah bayangan tafsir, bahwa hal itu mungkin ada kaitannya dengan peristiwa pertaruhan hidup mati yang terjadi di depan pintu ini. 

Ketika seorang ibu bertaruh nyawa untuk melahirkan buah hatinya di danggulen rumah adat. Untuk tambahan informasi, bahwa tali pusat atau ari-ari si bayi yang lahir pada masa lalu itu, akan dipotong dengan sembilu yang diambil dari pegangan tangga bambu yang biasa di tempatkan di atas para rumah adat.

(Dokpri)Bagian tangga bambu yang diambil sembilunya untuk proses persalinan pada masa lalu (Dokumentasi pribadi)
(Dokpri)Bagian tangga bambu yang diambil sembilunya untuk proses persalinan pada masa lalu (Dokumentasi pribadi)

Orang harus menunduk saat masuk lewat pintu rumah. Manusia perlu menghormati nyawanya dan nyawa ibu yang melahirkannya

Sebab barang siapa pongah dan jemawa, saat masuk rumah tanpa sikap hormat menunduk, dipastikan jidatnya akan benjol. Bagian ini adalah refleksi pribadi saya atas cerita unik yang tampak cukup mengenaskan ini.

4. Cerita Unik tentang Hubungan Keluarga dan Struktur Denah Rumah Adat Si Waluh Jabu
Anggi yang masih duduk di bangku kelas 3 SMP itu menjelaskan dengan sangat baik nilai filosofis yang dibangun terkait rumah tangga dan hubungannya dengan rumah adat yang unik ini. 

Sudah umum di kalangan suku mana saja, bahwa orang yang sudah berumah tangga akan tinggal terpisah dengan orang tuanya. Pada suku Karo hal itu disebut dengan njayo.

Mungkin mendapatkan pengajaran dari orang tuanya, Anggi mengingat sebuah pesan mulia yang katanya begini, "Si mbaru erjabu, njayo ku rumah adat, gelah eradat." Maksudnya, orang yang baru berumah tangga perlu tinggal di rumah adat, agar mengetahui apa itu adat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun