Mohon tunggu...
Teopilus Tarigan
Teopilus Tarigan Mohon Tunggu... ASN - Pegawai Negeri Sipil

Pro Deo et Patria

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Jangan Berpaling dari Kami

6 Februari 2021   23:14 Diperbarui: 6 Februari 2021   23:44 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Terkadang sulit untukku memilih
Antara mengagumi atau sekadar keheranan

Cahaya, sebuah gejala yang sukar kupahami
Sebuah kilasan yang juga turut merekam kekerasan, tak melulu soal kebahagiaan
Bahkan berujung kematian

Maling dihakimi massa
Cekcok  rumah tangga

Adu fisik yang direkam tetangga
Kecelakaan lalu lintas yang menyisakan nestapa
Dan banyak lagi, kenyataan menyayat hati yang terekam cahaya

Seluruh tayangan dipertontonkan cahaya
Turut disaksikan oleh anak-anak generasi manusia
Demi memuaskan hasrat, pengakuan akan eksistensinya
Tanpa sadar, sebagian besar mungkin sedang mengidap dan memelihara penyakit jiwa
Bahkan diwariskan generasi ke generasi selanjutnya

Seperti apakah rasa manusia, yang tega menyiksa sesamanya?
Tidakkah ia merasakan, dibesarkan ayah-ibu dengan sangat berhati-hati sejak kecilnya?
Atau merasakan, membesarkan anak sendiri sejak masih kemerah-merahannya?

Kenapa ada yang bisa dengan seenaknya
Memukul, membacok, menikam, menyembelih, menembak, membakar, atau meledakkan manusia lain, yang bahkan ia tidak ikut membesarkannya?

Ibu maafkan mereka, mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.
Bapa maafkan aku, aku tidak tahu apa yang aku perbuat.

Suatu saat ketika kita menoleh ke sekeliling,
Hati kita mungkin seakan berbisik, "Tuhan, maafkan kami, mungkin sudah terlambat untuk mencegahMu berpaling dari kami."

Saat itu terjadi, kita mungkin baru menyadari bahwa Tuhan bisa saja sudah sejak lama memalingkan mukaNya dari kita.

Berhentilah menebarkan kekerasan,
Tanpa semua itu pun, hidup yang kita jalani sudah terasa sangat meletihkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun