"Serta yang rindu itu. Mereka mengeja setiap abstraksi dengan hati-hati. Menjadi tasbih kasih sayang pada sayap patah malaikat pembawa kabar berita. Menari pada kedua bola mata kekasihnya."Â -Abdul Azis
Yah, begitulah pada Jumat, 5 Februari 2021, pukul 9:30 WIB, saya mendapatkan sebuah kabar berita di WhatssApp group Inspirasiana yang membawa duka yang sangat mendalam, tentang berpulangnya mas Abdul Azis. Dia adalah seorang kompasianer dengan nama akun Abdul Azis, yang tercatat bergabung di Kompasiana sejak 4 Oktober 2020.
Sebenarnya beliau sudah bergabung menjadi kompasianer sebelum tanggal itu, tetapi beberapa kali akunnya diblokir karena berbagai sebab. Dia mengakhiri karyanya di Kompasiana dalam pangkat Taruna dengan 115 artikel, di mana 4 di antaranya menjadi artikel utama, dan 83 menjadi pilihan. Sepanjang saya mengenalnya, dia menaruh minat yang besar terhadap puisi dan segala hal tentang kebudayaan Jawa.
Tulisan terakhirnya di Kompasiana ditayangkan pada 22 Januari 2021 yang lalu, dalam kategori diary, dengan judul "Kekasih, Pulanglah, dan Tuntaskan Rindu Ini." Tulisan ini seolah mewakili pesan akhir kisah perjalanan hidupnya yang berakhir hari ini.
Dari salah seorang kerabatnya, saya mendapatkan kabar bahwa mas Azis meninggal pada Kamis, 4 Februari 2021 pukul 24:00 WIB, dan dimakamkan pada Jumat, 5 Februari 2021 pada pukul 06:00 WIB, di pemakaman keluarga di Magetan.
"Takdir yang kemudian mempertemukan kita. Dan cinta yang dahulu begitu hebatnya. Kini seolah menggenggam hatiku begitu erat. Nafasku mulai tak beraturan. Hingga kemudian aku rentangkan tubuhku dan lepas segala kegelisahan itu."Â -Abdul Azis
Begitulah dia membukan tulisannya yang terakhir pada 22 Januari 2021 di Kompasiana, yang juga adalah hari Jumat itu. Lama tidak bertegur sapa, meskipun hanya dari media Whatssapp, dia memang pernah mengaku sakit, tapi kami tidak tahu persis sakitnya apa.
Sepanjang yang saya kenal, sejak sama-sama bergabung di komunitas Inspirasiana, lebih kurang 4 bulan terakhir ini, beliau adalah sosok yang sangat mencintai budayanya, budaya Jawa. Tercermin dari tulisan- tulisan dan puisi-puisinya.
Selain menulis di Kompasiana, saya juga mengenalnya sebagai seorang pengusaha katering, bernama Mamik Catering di daerah tempat tinggalnya, dusun Bolorejo, desa Wonorejo, Kecamatan Wates, Kabupaten Kediri.
Dia pandai memasak, saya mengetahui hal itu dari obrolan-obrolan kami, baik secara pribadi maupun di komunitas. Salah satu tulisannya yang juga menjadi artikel utama di Kompasiana adalah ulasan tentang bisnis kuliner, dalam sebuah tulisan yang berjudul "Seni Melayani Pelanggan Sistem Pre-Order."Â
Sementara itu, jejak kecintaannya pada budaya Jawa dia torehkan salah satunya dalam artikel ulasan bahasa Jawa yang berjudul "Sudah Tahu 4 Tingkatan Bahasa Jawa? Yuk, Dedikasikan kepada Anak Peradaban."Â
Saya sendiri mendapatkan banyak pelajaran soal menulis puisi dari tulisan-tulisan mendiang. Salah satunya dari tulisannya yang berisi ulasan tentang jenis-jenis puisi dan contohnya dalam tulisan berjudul "Mengenal Jenis Puisi Baru dan Contohnya" ini.