Mohon tunggu...
Teopilus Tarigan
Teopilus Tarigan Mohon Tunggu... ASN - Pegawai Negeri Sipil

Pro Deo et Patria

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

"The Last Man", Skeptisisme Memandang Bencana Alam dan Relativisme Ramalan Cuaca

20 Januari 2021   23:04 Diperbarui: 20 Januari 2021   23:06 539
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Disadari atau tidak, sebenarnya penderitaan yang datang bertubi-tubi adalah bentuk ujian bagi rasa kemanusiaan kita. Penderitaan akibat kesalahan diri sendiri mungkin akan sepi dari rasa belas kasihan, tapi rasanya mudah membayangkan bahwa sikap welas asih akan lebih bermanfaat mengetuk rasa kemanusiaan ketimbang pengadilan dan hukuman.

Barangkali hanya dengan begitu kita akan mampu memandang bahwa bencana adalah salah satu jenis kenyataan yang tidak terelakkan untuk hadirnya sikap welas asih dan perasaan senasib sepenanggungan dalam kemanusiaan. Nyatanya, bencana itu bisa menimpa siapa saja, manusia yang begini dan begitu, yang baik dan yang tidak, relatif.

Menjadi Manusia Terakhir dalam Relativisme dan Skeptisisme

Relativisme berasal dari kata Latin, relativus, yang berarti nisbi atau relatif. Secara umum relativisme berpendapat bahwa perbedaan manusia, budaya, etika, moral, agama, bukanlah perbedaan dalam hakikat, melainkan perbedaan karena faktor-faktor di luarnya.

Dalam aspek etis, relativisme berpendapat bahwa yang baik dan yang jahat, yang benar dan yang salah tergantung pada masing-masing orang dan budaya masyarakatnya. Ajaran seperti ini dianut oleh para pengikut yang disebut kaum Skeptik, sebagaimana Protagras dan Pyrrho. Sementara itu, skeptisisme adalah suatu sikap yang memandang segala sesuatu selalu dari sudut pandang ketidakpastian, meragukan, mencurigakan.

Menarik untuk melirik sejenak saja dilema etis dalam hubungan sosial dan konflik mental yang menimpa Kurt, yang disebut sebagai manusia terakhir dalam sebuah film yang berjudul "The Last Man".

Film Kanada yang bergenre sains fiksi yang dirilis pada 18 Januari 2019 ini disutradarai oleh Rodrigo H. Vila, dan dibintangi oleh Hayden Christensen yang berperan sebagai Kurt, dan Harvey Keitel sebagai Noe. Pemeran lainnya adalah Marco Leonardi sebagai Antonio, Liz Solari sebagai Jessica, Justin Kelly sebagai Johnny, dan Rafael Spregelburd sebagai Gomez.

Kurt adalah seorang veteran perang yang menderita trauma akibat kekejaman perang. Ia kehilangan Johnny, rekannya, yang ia yakini terpaksa dia tembak atas permintaan Johnny sendiri demi mengakhiri penderitaannya, karena sekarat terkena tembakan musuh. Kurt yang merasa dihantui Johnny sering berbicara sendiri, seperti orang yang terganggu mentalnya.

Itulah awal perjumpaan Kurt dengan Noe, seorang yang dianggap sebagai pendeta jalanan yang bernubuat tentang hari penghakiman oleh mereka yang percaya. Kurt percaya pada ramalan Noe, dan mulai membangun bungker sebagai persiapannya menghadapi hari terakhir itu.

Adapun "nubuat" atau ramalan Noe didasari pada tren perubahan iklim dan cuaca ekstrem tak menentu yang mengakibatkan terjadinya bencana alam di berbagai tempat di dunia. Padahal ramalan cuaca bisa juga dikatakan sebagai perkiraan dengan tingkat kemungkinan terjadinya yang tentu saja tidaklah absolut.

Ramalan cuaca sebagai perkiraan dan penilaian atas berbagai variabel menggunakan parameter terukur dengan tingkat kepastian yang relatif, bisa terjadi, bisa juga tidak. Ramalan cuaca bukanlah nubuat, sebab nubuat adalah kebenaran tak terbantahkan yang mendahului kenyataan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun