Mohon tunggu...
Teopilus Tarigan
Teopilus Tarigan Mohon Tunggu... ASN - Pegawai Negeri Sipil

Pro Deo et Patria

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

"Apa Kabar Cinta?" Lagu Tutup Buka Tahun dan "Song of the Year" Versi Saya

28 Desember 2020   23:49 Diperbarui: 29 Desember 2020   00:07 644
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bahagia ada di mana-mana, Senina (Saudaraku, bahasa Karo)

Ungkapan di atas adalah jawaban singkat dari saudara saya, Os Tarigan, membalas komentar saya pada sebuah lagu yang dia ciptakan sendiri, dengan judul "Apa Kabar Cinta?" di kanal YouTube miliknya. Lagu ini diunggah pada tanggal 6 Desember 2020, tepat pada hari ulang tahun ke-66 bapak, ayah kami.

Lagu ini memang diciptakan dan ditujukan untuk bapak kami. Terinspirasi dari perjalanan hidupnya sebagai seorang pendeta, saat menjadi pelayan jemaat di Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) Sukanalu. Itu adalah sebuah desa di Kecamatan Barusjahe, Kabupaten Karo.

Majelis jemaat Sukanalu ini memiliki beberapa wilayah pelayanan, meliputi beberapa desa yang berjauhan. Antara lain desa Bulanjahe, Bulanjulu, Pertumbuken (masuk wilayah Kecamatan Barusjahe, Kabupaten Karo), dan desa Tanjung yang sudah termasuk wilayah Kabupaten Simalungun. Desa ini adalah wilayah pelayanan terjauh di majelis jemaat ini.

Masa itu adalah sekitar tahun 1980-an hingga tahun 1992. Ya, dia melayani sebagai pendeta jemaat GBKP di desa itu sekitar 11 tahun. Kondisinya tentu sangat jauh berbeda dengan saat ini.

Dia harus melayani jemaat berkeliling di antara desa-desa itu. Jemaat biasanya memulai persekutuan sekitar pukul 21:00 wib. Kondisi ini tidak terlepas akibat pekerjaan utama sebagian besar jemaat adalah bertani, yang terkadang baru pulang ke rumah dari ladang mereka menjelang malam.

Pada masa itu penerangan belumlah seperti sekarang. Tidak jarang desa-desa belum dialiri listrik dari PLN. Lampu minyak adalah sumber penerangan utama pada umumnya. Perjalanan pulang pergi dalam pelayanan tentu saja harus ditempuh dengan menembus gelapnya malam.

Oleh karena rumah yang disediakan bagi pendeta jemaat berdekatan dengan gedung gereja yang letaknya jauh dari pemukiman penduduk, maka ibu, mamak kami, dan kami anak-anaknya tinggal di desa lain, desa Serdang namanya. Pada masa itu, rumah penduduk yang terdekat dengan rumah dinas pendeta mungkin sekitar 1 kilometer jauhnya.

Tentu tidak mudah bagi mamak dan bapak kami, untuk tinggal terpisah, bekerja sambil membesarkan kami anak-anaknya dari desa yang berbeda. Kami hanya berjumpa setiap hari Sabtu. Kami bersama mamak baru mengunjungi bapak ke desa tempatnya melayani, sebab kami mengikuti ibadah Minggu pagi di geraja itu.

Senin pagi sekali, kami harus sudah berangkat lagi ke desa Serdang. Sebab ibu kami mengajar sebagai guru sekolah dasar negeri di desa itu.

Takjarang kami harus menumpang kendaraan yang lewat dan kebetulan menuju arah yang sama. Angkutan umum masih sangat minim, hanya satu.

Bila tujuannya kebetulan bukan desa kami, maka kami akan berhenti di titik terdekat yang sisanya bisa kami jalani dengan berjalan kaki. Sekitar 45 hingga 60 menit berjalan kaki. Yah, begitulah.

Lagu ini berisi gambaran perasaan rindu bapak kepada mamak kami dan kami, bocah-bocahnya, karena tidak bisa tinggal setiap hari bersama kami. Tentu saja, ini juga adalah gambaran rasa rindu kami kepadanya.

Sesekali bila memungkinkan, bapak datang juga mengunjungi kami di desa Serdang. Selebihnya, di rumah dinasnya, malam demi malam dijalani sendiri.

Kini bapak telah pensiun dalam artian formal, tapi sebetulnya pelayanannya tak kenal kata usai. Disamping itu, dia juga seorang kompasianers di masa tuanya, yang jarang atau bahkan nyaris tak pernah menulis lagi. Hehe. Tentang profilnya, dapat dilihat di akun ini.

Mengapa lagu ini menjadi "Song of the Year" Versi Saya?

Tentu saja momen tutup buka tahun (istilah umum di kampung kami untuk menyebut malam pergantian tahun), akan dirayakan setiap orang bersama dengan orang terkasih dan orang terdekatnya. Siapa lagi orang terkasih dan terdekat kita kalau bukan keluarga tercinta?

Ya, bagi orang terkasih dan terdekat kita tentu sebuah lagu yang berkisah tentang kita akan menjadi lagu yang terasa paling cocok mewakili perasaan kita untuk dinyanyikan bersama pada malam pergantian tahun. Oleh karena lagu ini diciptakan oleh adik saya sendiri dan dirilis pada tahun ini, maka saya menyebutnya sebagai "Song of the Year" versi saya.

Ini adalah sebuah lagu akustik ringan dan enak didengar saat pergantian tahun. Kiranya tidak saja bagi keluarga kami, sebab lirik dan nafas lagunya bercerita tentang kerinduan siapa saja, bapak-bapak, suami-suami, ibu-ibu, anak-anak, saudara-saudari yang dicengkram rasa rindu. Apalagi bila harus terpisah dengan keluarga pada momen yang mengharukan maupun membahagiakan, seperti pergantian tahun.

Malam 31 Desember mungkin akan berhiaskan hujan, atau juga kembang api. Mungkin akan lebih senyap dalam selebrasi dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, taklain karena pandemi, atau bisa juga tidak. Namun, kiranya tidak akan kurang sedap rasanya bila kita bisa menyanyikan sebuah lagu yang paling mewakili kenangan kita bersama sebagai sebuah keluarga pada momen pergantian tahun nanti.

Saya juga tetap masih percaya akan nilai sebuah ungkapan kuno berbahasa Latin yang mengatakan, "Qui bene cantat, bis orat." Ia yang bernyanyi sama dengan berdoa dua kali.

Semua hal yang mungkin dirasa biasa-biasa saja akan menjadi terasa berbeda, tatkla semuanya berada pada tempat dan waktu yang istimewa. Apa lagi kalau bukan berada di antara dan bersama dengan keluarga tercinta.

Lagu tentang cinta kita, kerinduan kita, akan mengalun dalam tempo menurut nilai not-not pada garis birama, di mana setiap orang mengikuti apa yang menjadi bagian perasaannya, dengan detak jantung dan perasaan yang bertindak sebagai metronome.

Merenungi hubungan antara kepolosan anak-anak, agungnya karya Tuhan, dan rumitnya persoalan mamak dan bapak dalam menjalani kehidupan, sungguh sebuah hal yang mencampur aduk beragam rasa dalam satu wadah. Ibarat adonan roti dalam satu loyang menunggu hingga matang saat dipanggang.

Terimakasih bapak, mamak. Indahnya rindu dan cintamu pada masa itu pastilah jauh lebih indah dari semua rasa yang bisa aku bayangkan lewat lagu ini. Dari kami yang mengasihimu.

Bila kerinduan kita sama, siapa pun yang saat ini merasakan rindu yang sangat mendalam kepada keluarga tercinta yang terpisah jauh, dan mungkin tidak dapat berkumpul bersama saat malam pergantian tahun, mari bernyanyi bersama.

Selamat bernyanyi, dan selamat menyongsong tahun baru, tahun 2021, dengan penuh harapan, Kawanku! Nyanyian kita dalah doa kita.


"APA KABAR CINTA?"

cipt. Os Tarigan, 2020

Apa kabar cinta?
Hadirkah bahagia disana?
Menemani malam mu, usir sendu
Tersenyumlah cinta
Dekap erat bocah kita
Senandungkan lagu cinta
'Tuk hangatkan tidurnya
oh.. ingin ku memeluknya

Aku masih harus berjuang
Dijalan panjang, gelap, di rintik hujan
Ku pandang langit malam, kulihat kalian
Tersenyum, terucap doa
"Temani kami Tuhan..."

Tunggu aku cinta
Waktunya 'kan tiba
Sungguh berat merindu kalian
Kutau cinta, dibalik senyum mu itu
Kau menungguku tuk sandarkan lelahmu
'Ku 'kan segera pulang
Jaga rindu sayang
Aku pasti pulang

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun