Toleransi dan kerukunan di tempat ini tampak dalam keseharian. Selain karena masyarakat Karo memang diikat erat dalam hubungan kekerabatan dengan falsafah hidup beradat dan berbudaya, kerukunan itu juga tampak hingga hal-hal yang paling kecil.
Taruhlah misalnya, seorang wanita remaja mesjid yang bekerja sebagai barista di sebuah kafe mungil nan unik milik seorang pendeta protestan. Ia bekerja dengan suka cita dan menerima kami yang minum ke tempat itu dengan senyum manisnya.
4. Di sana ada harapan
Masyarakat yang tekun bertani kopi, bekerja bersama dalam rasa persaudaraan dan semangat kerukunan meskipun berbeda iman, termasuk semangat kerja sama membangun desa sebagai desa wisata yang dikelola oleh kelompok sadar wisata Siosar, itu adalah beberapa pancaran sinar harapan untuk kehiudpan masyarakat Siosar yang sesungguhnya. Meskipun perlahan, tapi mereka mulai belajar dan melangkah menuju tanah harapan. Wajah negeri di atas awan yang sesungguhnya ada di Siosar.
Meskipun bukan zona bebas sesukanya, sebab pandemi masih melanda dunia, kamu tidak perlu juga setiap saat melakukan semprot-semprot disinfektan. Sebab di tempat ini angin kencang, dan tanah terbuka masih cukup luas untuk membuatmu bisa mengatur jarak.
Kalau kamu belum menentukan pilihan, pilihlah jalan-jalan ke sini.
Referensi:
Sahat P. Siburian & Deonal Sinaga, Kabar dari Tanah Karo Simalem, Kiprah GBKP Melayani Korban Bencana Letusan Gunung Sinabung, Kabanjahe: Moderamen GBKP, 2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H