Mohon tunggu...
Teopilus Tarigan
Teopilus Tarigan Mohon Tunggu... ASN - Pegawai Negeri Sipil

Pro Deo et Patria

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Reportase Cinta, Jangan Menyerah!

9 Desember 2020   00:05 Diperbarui: 9 Desember 2020   08:49 247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam pandangan ini, pendefinisian "jurnalisme warga" sebagai "reportase cinta" bila bukan merupakan sebuah temuan yang bisa dikatakan orisinal, mungkin setidaknya itu adalah sebuah konsep reportase yang masih bisa digali lebih jauh dan lebih dalam lagi, untuk penyajian sebuah liputan yang menarik, relevan, dan aktual.

Jurnalisme yang merupakan industri berita, berfungsi melayani kebutuhan orang-orang akan informasi di tengah keharusan menjalankan mesin industrinya. Informasi yang disediakannya lazimnya adalah informasi yang penting, relevan, dan menarik bagi sebanyak mungkin orang.

Namun, orang pun membutuhkan informasi yang dekat dengan, atau mengenai dirinya, dan lingkungannya. Hal itu harusnya paling mudah disampaikan oleh seseorang kepada seseorang dan sekelompok orang yang lain dan berdekatan. Sebab mereka sama-sama berpengharapan untuk tumbuh bersama melalui upaya mengatasi masalah-masalah mereka, dan mewujudkan peluang-peluang yang mereka temukan.

Melalui itu, tiap tetes peluh bukanlah untuk keluh, melainkan untuk apa yang membuat mereka bersyukur bersama. Sebab dengan bersyukur, bukankah berarti kita mencintai hidup?

Inilah "reportase cinta".

Benar, bahwa hama lalat buah telah menyebabkan terjadinya konversi komoditi tanaman jeruk di Tanah Karo, yang sempat atau bahkan masih melegenda, beralih ke tanaman kopi dan salak, kini. Namun, bukankah bila beritanya dikemas dengan reportase cinta, tanpa menyebabkan adanya luka di antara satu dan yang lainnya, akan membuka sebuah sudut pandang bahwa kopi Karo tidak saja turut menentukan tatanan lokal dan nasional, tapi juga dunia, sebab kopi Karo sudah memenangkan festival Kopi di Prancis?

Sungguh tidak sedikit hal yang bisa membuat kita berkeluh kesah. Namun, penting untuk kita jangan menyerah! Berikut ini lagunya, mari kita dengarkan sejenak sebagai jeda.


Jika demikian, jurnalisme industri dan jurnalisme warga tidak mesti saling memusuhi. Keduanya dapat berjalan bersama mungkinkan hidup bersama patut disyukuri.

Jika reportase cinta berhasil menjadi jantungnya jurnalisme warga, mungkin ruang publik kita perlahan akan menjelma menjadi taman. Mengapa tidak terlintas di pikiran untuk menjadikannya sebuah media, yang untuk itu diberi nama "Dunia Karo"? Dunia Tanah Karo dalam berita, yang penuh dengan cinta.

Ini hanya sebuah hipotesa, yang tentu saja patut diuji kebenarannya melalui penerapan dalam reportase lapangan, bukan hanya di Tanah Karo saja, hehe. Dan sekiranya mungkin sudah berjalan di tempat lain, mungkin bisa dibagikan kisahnya sebagai perbandingan bagi kami yang masih ingin belajar darinya.

Saya tutup tulisan ini, kembali mengutip kalimat bijak dari Ayu Utami, "Tak pernah ada yang salah dengan cinta. Ia mengisi sesuatu yang tidak kosong. Tuhan bekerja dengan memberi kita kapasitas untuk mencintai, dan itu menjadi tenaga yang kreatif dari dalam diri kita."

Salam jurnalisme warga penuh cinta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun