Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa "pahlawan" adalah orang yang menonjol karena keberanian dan pengorbanannya dalam membela kebenaran; pejuang yang gagah berani. Dalam pengertian ini, bila digabungkan dengan kata "kesiangan", maka pahlawan kesiangan berarti orang yang baru mau bekerja (berjuang) setelah peperangan (masa sulit) berakhir; orang yang ketika masa perjuangan tidak melakukan apa-apa, tetapi setelah peperangan selesai menyatakan diri sebagai pejuang.
Pengertian ini tampaknya sejalan dengan pandangan Guru Cai Li Xu, dalam buku Pembahasan Budi Pekerti "Di Zi Gui". Menurutnya pahlawan yang kita butuhkan saat ini adalah dia yang mampu menjadi teladan dalam memberi panduan langkah, dan sumber kebajikan bagi para penerus masa depan.
Dewasa ini, pahlawan dalam artian ini, bukan saja tergambar sebagai sosok yang tidak dikenal dan kurang mendapat perhatian, tapi juga tidak cocok sama sekali dengan gambaran pahlawan yang gagah perkasa. Pahlawan seperti ini lebih sering berada di pihak yang kalah atau mengalah, mulai dari hal-hal yang kecil.
Sekarang bila kita melihat kenyataan yang disejajarkan dengan pandangan ini, bukankah tidak heran bila Guru (guru sekolah formal khususnya) disebut sebagai "pahlawan tanpa tanda jasa"? Ya, tentu saja. Gelar itu berlaku bagi guru-guru yang mengajar dengan penuh pengabdian, di mana saja, untuk benar-benar mencerdaskan anak bangsa.
Pertanyaannya, (masih) adakah atau siapakah guru yang seperti itu kini? Rasanya para murid, mantan murid, orang tua murid, dan para guru sendiri berhak menjawabnya, sesuai kata hatinya masing-masing.
Agak sulit memahami penyematan gelar "tanpa tanda jasa" kepada guru yang baru mau bekerja (berjuang) setelah peperangan (masa sulit) berakhir, yang ketika masa perjuangan tidak melakukan apa-apa, tetapi setelahnya menyatakan diri sebagai pejuang. Maafkan murid yang tidak tahu diri ini!
Guru, Cerminan Masa Lalu
Mengutip sambutan kaisar Tang Tai Zong, yang memerintah Tiongkok pada masa dinasti Tang, saat pemakaman Wei Zheng, salah seorang menterinya yang paling setia, bahwa selama dia memerintah dia memiliki 3 cermin.
Cermin yang dimaksudkan kaisar Tang Tai Zong ini, yang pertama adalah cermin yang dia gunakan setiap hari saat mengenakan jubah kekaisaran dan mahkotanya. Cermin yang kedua adalah sejarah para kaisar yang memerintah pada dinasti sebelumnya, dan cermin yang ketiga adalah nasehat para orang bijak seperti nasehat Wei Zheng, menterinya yang dimakamkan hari itu.
Cermin berguna untuk menentukan apa yang terbaik untuk dipakai, untuk dipelajari dan untuk dipilih sebagai keputusan.
Sebagai seorang (mantan) murid dalam memandang gurunya, siapakah guru yang seperti itu menurut pandangan saya? Ada banyak sekali, tentu saja, mulai sejak SD hingga perguruan tinggi. Saya rasa cukuplah saya ambil satu saja.