Mohon tunggu...
Teopilus Tarigan
Teopilus Tarigan Mohon Tunggu... ASN - Pegawai Negeri Sipil

Pro Deo et Patria

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bersama Tidak Harus Sama, Kita Sama-sama Punya Rasa

17 November 2020   00:04 Diperbarui: 17 November 2020   08:44 246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagaimana jalan hidup setiap orang yang berbeda-beda, menjadi orang penting dimaksud di sini juga tidak memiliki batasan tunggal. Menjadi penting bisa saja di tengah keluarga bukan di luar sana, dan barangkali justru itu yang terutama. Sebab, bagaimana mungkin menjadi penting bagi orang banyak di saat keluarga sendiri tidak terurus?

Dalam banyak hal dengan kepentingan dan sudut pandang yang berbeda-beda, kita mungkin harus menyesuaikan diri. Namun, pasti tetap ada minimal satu hal penting bagi setiap orang yang harus tetap dipertahankan, karena sifatnya mutlak sekalipun di tengah toleransi terhadap berbagai nilai. Itulah realita hidup di tengah kemajemukan.

Pernah suatu kali saat sarapan pagi di hari Minggu sepulang ibadah di gereja, dekat terminal transit sebuah angkutan kota tempat tinggal kami, kami sekeluarga sarapan pagi diselingi panggilan menggema suara bernada bariton sang kondektur angkot yang memanggil-memanggil para calon penumpang. "Mari, mari, Berastagi, Berastagi, pasti cepat, mari, mari!", demikian panggilan menggema itu berulang-ulang.

Secara spontan anak kami yang paling tua berujar, "Besar kali suara abang itu, kayak dia nelan speaker terus speakernya nempel di lehernya, ya?"

Karena saat itu aku memakan ikan yang memiliki banyak sekali duri, maka kutekuni saja makanku tanpa menanggapi omongannya, takut nanti tertelan duri ikan dan menempel di leherku, hingga menjepit pita suara. Barangkali saja akan membuat suara melengking tinggi seperti wanita bersuara sopran di orkestra, yang tampak melotot setiap kali menyanyikan nada tinggi, entah karena sesak nafas oleh sebab kemben yang melilit ketat di pinggangnya, atau itu sebuah ekspresi alami.

Gambaran kontras singkat, antara kondektur angkot bersuara bariton dengan wanita opera bersuara sopran di meja sarapan pagi dekat terminal pada sebuah Minggu pagi itu, hanyalah sebuah ilustrasi. Deskripsi mereka dalam nada suara tentu saja menegaskan kalau mereka berdua berasal dari tempat dan kebiasaan yang sama sekali berbeda.

Mengutip perkataan George Washington Carver, "Seberapa jauh perjalanan kita dalam mengarungi hidup bergantung pada kelembutan kita pada kaum muda, hormat dan kasih kepada kaum tua, sikap simpati kepada yang kelaparan, dan toleransi baik kepada yang lemah maupun yang kuat. Karena pada suatu hari dalam hidup, kita akan mengalami semua ini".

Carver (lahir 12 Juli 1864, meninggal 5 Januari 1943 dalam usia 79 tahun), adalah seorang penemu, ilmuwan, guru, dan pioner di bidang pertanian Amerika Serikat. Ibunya adalah seorang budak kulit hitam bernama Mary, ayahnya meninggal karena terlindas gerobak pengangkut kayu beberapa saat setelah dia dilahirkan.

Menjadi berbeda tidak harus mengalami sebuah integrasi terpaksa. Muda, tua, kelaparan, lemah, kuat, hanyalah sedikit dari sekian banyak kondisi yang pernah, sedang, dan mungkin akan kita alami. Untuk itu kita perlu memiliki sikap toleransi sekaligus simpati terhadap orang dalam segala situasi.

Dalam konteks negara bangsa dengan beragam suku, agama, ras dan antar golongan sebagaimana Indonesia, kebutuhan akan adanya sikap toleransi adalah sebuah keniscayaan dalam keberagaman kita.

Rene Dubos (1981) mengatakan "Keberagaman manusia membuat toleransi lebih dari sekadar kebajikan, hal itu membuat toleransi menjadi sebuah persyaratan hidup." Sementara itu, Voltaire (1906) mengatakan "Saya tidak setuju dengan apa yang Anda katakan, tetapi saya akan membela sampai mati hak Anda untuk mengatakannya."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun