"Meluhurkan museum, memuliakan kebudayaan" adalah kutipan pernyataan dari Putu Supadma Rudana, Ketua Umum Asosiasi Museum Indonesia (AMI) di hadapan para Ibu Negara dalam salah satu rangkaian acara pada KTT ASEAN, tanggal 18 November 2011.
Sekilas mendengar kata museum mungkin akan terkesan dingin, sunyi, suasana remang-remang, membosankan, bahkan mungkin bisa terkesan meyeramkan. Maklum saja, museum memang berfungsi menyimpan berbagai koleksi benda-benda peninggalan yang sudah berusia tua. Satu hal lagi, biasanya tidak ada jajanan makanan di museum, karena museum bukan tempat untuk makan-makan.
Oleh sebab itu, museum adalah salah satu pilihan murah dan aman untuk melakukan kegiatan wisata, terutama di masa pandemi covid-19 seperti sekarang. Aman, karena memang tidak terlalu banyak orang yang suka jalan-jalan ke museum. Biasanya hanya siswa/ siswi atau mahasiswa/ mahasiswi, yang seringkali harus ke sini karena tugas. Murah, karena di sini tidak ada jajanan.
Selain murah dan aman, sebenarnya jalan-jalan ke museum, terutama bagi anak-anak akan sangat bermanfaat. Ya, jalan-jalan ke museum di hari libur bisa sekalian untuk belajar, bagi yang suka. Hehe.
Jalan-jalan ke museum adalah wisata sambil istirahat yang berkualitas. Jalan-jalan atau wisata ke museum adalah "pekerjaan" yang baik. Jadi, tidak salah bila ketua umum AMI mengatakan bahwa meluhurkan museum adalah sama halnya dengan memuliakan kebudayaan.
Adalah Museum Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) yang berlokasi di Komplek Taman Jubileum Retreat Center GBKP, Jl. Jamin Ginting Km. 45, Desa Sukamakmur, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara, Indonesia. Peletakan batu pertama museum ini dilakukan pada 30 Juli 1990, bersamaan dengan peresmian Taman Jubelium 100 Tahun GBKP.
Dari laman blog resmi Museum GBKP, dijelaskan bahwa museum ini mempunyai koleksi lebih kurang 400 item, yang meliputi koleksi arkeologi, etnografi, keramik, filologi, numismatika/ heraldika. Sementara itu, dalam penjelasan profil museum pada portal resmi AMI, disebutkan bahwa koleksi museum GBKP ada sebanyak 143 koleksi, meliputi koleksi etnografi, arkeologi, sejarah, filologi, dan keramik.
Dengan melihat koleksi peninggalan jejak masa lalu nenek moyang suku Karo di museum ini, kita generasi saat ini bisa menyaksikan bukti-bukti keahlian, keterampilan dan tentu saja kualitas pemikiran nenek moyang suku Karo.
Artefak yang terdiri dari karya seni, alat musik, peralatan agrikultur, peralatan rumah tangga, peralatan perang, peralatan medis dan pengobatan, jelas memperlihatkan bahwa nenek moyang suku Karo sejak zaman dahulu sudah piawai dalam hal seni, bahasa, logika, aritmatika, geometri, dan astronomi.
Waktu berkunjung ke museum ini buka dari hari Rabu sampai Senin, pukul 8:00-18:00 wib, dan tutup pada hari Selasa. Saat masuk kami tidak dipungut tiket, tapi ada disediakan kotak sumbangan sukarela.
Perkampungan Karo di lokasi Museum GBKP ini, merupakan bentuk usaha pelestarian rumah adat Karo, dengan merekonstruksi dan menghadirkan kembali gambaran kehidupan masyarakat Karo pada masa lalu, lengkap dengan lingkungan kesehariannya, agar para pengunjung dan mayarakat Karo khususnya dapat kembali merasakan dan memahami kehidupan nenek moyangnya pada masa itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H