Mohon tunggu...
Teopilus Tarigan
Teopilus Tarigan Mohon Tunggu... ASN - Pegawai Negeri Sipil

Pro Deo et Patria

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Wisata Murah dan Aman, Sambil Meluhurkan Museum dan Memuliakan Kebudayaan

9 November 2020   00:02 Diperbarui: 10 November 2020   19:35 507
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Artefak yang terdiri dari karya seni, alat musik, peralatan agrikultur, peralatan rumah tangga, peralatan perang, peralatan medis dan pengobatan, jelas memperlihatkan bahwa nenek moyang suku Karo sejak zaman dahulu sudah piawai dalam hal seni, bahasa, logika, aritmatika, geometri, dan astronomi.

Koleksi Keteng-keteng/ Kulcapi: Alat musik petik (Dokpri)
Koleksi Keteng-keteng/ Kulcapi: Alat musik petik (Dokpri)
Koleksi Suling dan Gendang Penganak/ Alat musik (Dokpri)
Koleksi Suling dan Gendang Penganak/ Alat musik (Dokpri)
Tingkat keadaban nenek moyang suku Karo ini mestilah didukung oleh daya pikir dan olah rasa yang tinggi. Seandainya warisan surat lak-lak asli yang hingga kini mungkin masih banyak disimpan di Eropa (sebagaimana kesaksian Pater Leo Joosten, seorang pastor penggiat budaya dan bahasa Batak secara umum, dan Karo khususnya, yang kini tinggal menetap di Tanah Karo dan sudah menjadi WNI), dapat kembali ke tanah air, mungkin akan semakin lengkaplah jejak intelektualitas nenek moyang suku Karo, termasuk dalam hal kesusasteraan.

Waktu berkunjung ke museum ini buka dari hari Rabu sampai Senin, pukul 8:00-18:00 wib, dan tutup pada hari Selasa. Saat masuk kami tidak dipungut tiket, tapi ada disediakan kotak sumbangan sukarela.

Waktu berkunjung ke Museum (Dokpri)
Waktu berkunjung ke Museum (Dokpri)
Selain melihat koleksi benda-benda peninggalan di dalam gedung museum, di belakang gedung utama kita juga bisa menikmati suasana perkampungan Karo.

Perkampungan Karo di lokasi Museum GBKP ini, merupakan bentuk usaha pelestarian rumah adat Karo, dengan merekonstruksi dan menghadirkan kembali gambaran kehidupan masyarakat Karo pada masa lalu, lengkap dengan lingkungan kesehariannya, agar para pengunjung dan mayarakat Karo khususnya dapat kembali merasakan dan memahami kehidupan nenek moyangnya pada masa itu.

Suasana perkampungan Karo, Museum GBKP (Dokpri)
Suasana perkampungan Karo, Museum GBKP (Dokpri)
Suasana rumah Lesung, Museum GBKP (Dokpri)
Suasana rumah Lesung, Museum GBKP (Dokpri)
Jarak tempuh menuju lokasi ini juga cukup mudah dijangkau. Hanya berjarak sekitar 45Km dari kota Medan, ibu kota Provinsi Sumatera Utara, dan sekitar 32Km dari Kabanjahe, ibu kota Kabupaten Karo.

Di teras rumah adat Karo (dokpri)
Di teras rumah adat Karo (dokpri)
Setengah bercanda kepada anak-anak, aku bilang mungkin ilmu nenek moyang kita tidak kalah dengan Trivium dan Quadrivium-nya Socrates dan Plato. Terima kasih sudah menjaga mereka semua untuk kami, terima kasih museum GBKP, anak-anak senang kemari.

Rujukan: 1, 2, 3

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun