Mohon tunggu...
Teopilus Tarigan
Teopilus Tarigan Mohon Tunggu... ASN - Pegawai Negeri Sipil

Pro Deo et Patria

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Merenungkan "Cimpa Unung-unung" dalam Kerja Tahun di Masa Pandemi

29 Oktober 2020   18:23 Diperbarui: 29 Oktober 2020   21:54 746
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Membungkus inti gula cimpa unung-unung (Dokpri)

Pada bulan oktober seperti ini, biasanya orang-orang desa merayakan pesta panen kerja tahun bersama sanak saudara dari perantauan.
Pandemi membuat banyak tradisi menjadi berubah. Termasuk kekhawatiran kami bahwa tradisi seperti "erbante" dan "nakeng sabi" tidak lama lagi juga akan hilang. Kini orang-orang "harus" terbiasa melakukan apa-apa dalam sepi.

Momen kerja tahun seperti inilah biasanya salah satu wadah untuk menjalin kebersamaan orang Karo dan keluarganya yang tinggal di Tanah Karo dengan dispora yang tinggal di berbagai tempat di luar Karo. Sedih juga rasanya dengan realitasnya kini. 

Pasar sepi pembeli, angkutan juga tidak seperti tahun-tahun yang lalu sebelum pandemi. Orang-orang yang tinggal di luar kota tidak banyak yang kembali ke desa, merayakan kerja tahun, bersama orang tua dan sanak saudara. Demikianlah beberapa obrolan bapak-bapak di kedai kopi yang sempat saya dengar.

"Covid-19 masih merajalela, kami belum berani mudik.  Semoga Covid-19 cepat berlalu dan kita semua sehat dalam perlindungan Tuhan", harap salah seorang bapak.
Selain di desa Payung, kerja tahun juga berlangsung di desa Lingga, desa Nangbelawan, dan desa Rumah Kabanjahe, Kecamatan Kabanjahe.

Perbedaan waktu pelaksanaan kerja tahun di setiap desa, karena pengaruh sistem penanggalan suku karo, yang mengakibatkan perbedaan waktu baik untuk musim tanam dan musim panen di berbagai desa.

Ada juga seorang saudara yang mengabarkan pelaksanaan kerja tahun dari desa Nangbelawan. Tradisi setiap desa dalam merayakan kerja tahun juga tidaklah sama. 

Bila sebagian memasak "rires" atau lemang, liputannya dapat dibaca di sini. Maka, sebagian lainnya memasak cimpa, penganan berbahan baku tepung beras.

Kerabat kami yang tinggal di Nangbelawan ini memasak wajik. Dalam kebersamaan dengan keluarga.

Memasak wajik pada pesta Kerja Tahun di Desa Nangbelawan Kec. Kabanjahe (29/10/2020) Foto: Tangyar FB/ Riana Sinulingga
Memasak wajik pada pesta Kerja Tahun di Desa Nangbelawan Kec. Kabanjahe (29/10/2020) Foto: Tangyar FB/ Riana Sinulingga
Saya sendiri merayakan kerja tahun bersama keluarga di desa Rumah Kabanjahe. Situasinya juga tidak jauh berbeda. Agak terasa sepi dibandingkan perayaan tahun-tahun sebelumnya.

Salah satu tradisi yang masih berlangsung dalam kerja tahun di desa ini, walaupun dalam suasana berbeda akibat pandemi, adalah tradisi memasak "cimpa unung-unung" yang masih terus ada.

Bahan untuk membuat penganan ini adalah tepung dari beras pulut (beras ketan), parutan kelapa, gula aren, dan daun "bulung singkut".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun