Mohon tunggu...
Teopilus Tarigan
Teopilus Tarigan Mohon Tunggu... ASN - Pegawai Negeri Sipil

Pro Deo et Patria

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Memetik Hikmah sebagai Kompasianer dalam Kebersamaan di Webinar "Sura Sura Karo"

26 Oktober 2020   13:15 Diperbarui: 26 Oktober 2020   14:13 457
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indra, rekan sebangku saya saat duduk di kelas 3 IPA-1 SMU Negeri 1 Kabanjahe dulu, menghubungi saya melalui layanan pesan whatsapp. Dia menceritakan sebuah "sura-sura" untuk bisa kami lakukan bersama teman-teman alumni yang lain, sebagai bukti cinta kami bagi kampung halaman, meskipun itu sangat kecil.

"Sura-sura" dalam bahasa Karo, bisa juga diartikan sebagai cita-cita, keinginan yang kuat, harapan yang mendalam, datangnya dari lubuk hati yang paling dalam. Dalam pengertian ini, sura-sura lebih dari sekadar mimpi, kemauan, atau keinginan sesaat. Orang yang ber-sura-sura bisa disebabkan karena adanya keresahan dan kegelisahan atas suatu persoalan, hingga berkeinginan kuat untuk memperbaikinya, atau bisa juga karena adanya semangat yang membuncah untuk meraih suatu pencapaian atau prestasi.

Kata kawan saya itu, "Ayo kita buat sebuah perlombaan menulis gagasan untuk mengumpulkan harapan dari para milenials Karo, maupun milenials yang memiliki ketertarikan, perhatian bagi Tanah Karo, menjadikan Tanah Karo yang lebih baik." Sejenak membaca pesannya, dia di ujung sana dan saya di sini, ada rasa haru di lubuk hatiku.

"Ahh..kawanku yang satu ini, tidak pernah lelah mencintai kampung kami, meskipun aku tahu sebenarnya dia adalah orang yang sangat sibuk," batinku. Setiap kali ada kesempatan kami mengobrol, apakah itu saat sesekali bertatap muka beberapa waktu lalu, atau saat sekadar saling menyapa melalui pesan whatsapp, selalu saja ada gagasan menarik terlontar darinya untuk bisa kami lakukan bersama komunitas kami, yang anggotanya sebagian besar berdomisili di Tanah Karo.

Oh ya, komunitas yang saya maksudkan adalah "Keluarga Besar SMU Negeri 1 Kabanjahe Tahun 1998/2001", yang disingkat menjadi KBS 98/01. Anggotanya adalah kami semua yang dulu masuk SMU itu pada tahun 1998 dan yang lulus pada tahun 2001. Ada juga beberapa kawan kami yang tidak sampai lulus di sekolah itu, karena pindah ke sekolah lainnya dengan berbagai sebab.

Komunitas ini dibentuk pada tanggal 18 Agustus 2017 yang lalu. Memiliki Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga. Pernah juga kami mendaftarkan komunitas kami ini ke dalam program Community Affiliation (COMMA) di Kompasiana, tetapi belum diterima, berdasarkan penilaian atas proposal kami oleh tim penilai. Hehe, lain kali akan tetap kami coba, kami tidak menyerah.

Sudah menjadi kesepakatan kami, dengan anggota yang beragam terdiri atas berbagai suku, agama, ras dan golongan, maka kami tidak akan terafiliasi dengan kepentingan apapun yang terkait SARA dan politik praktis soal dukung mendukung. Kegiatan kami sebagian besar terpaku pada kegiatan sosial, suka dan duka, di antara para anggota.

Selain itu, dalam statuta pendiriannya, kami meniatkan komunitas kecil ini akan melakukan kegiatan pengabdian kepada masyarakat setidaknya satu kali dalam satu tahun. Memang masih banyak kekurangan dalam kepengurusan untuk menatausahakan berbagai program dan kegiatan. Namun, komunitas masih bertahan, hingga kini sudah berusia 3 tahun, pada 18 Agustus 2020 yang lalu.

Nah, dalam kaitan pengabdian kepada masyarakat itulah, pada tahun ini kami melakukan kegiatan lomba menulis gagasan "Sura Sura Karo", yang terbuka untuk umum, sepanjang sesuai dengan kriteria. Peserta juga bebas untuk menulis salah satu saja atau beberapa topik sekaligus, dari 8 topik yang kami pandang cukup relevan dengan kepentingan/ kebutuhan masyarakat Kabupaten Karo secara umum.

Kedelapan topik itu berhubungan dengan potensi unggulan yang menjadi kekuatan, berbagai permasalahan yang menjadi kelemahan Kabupaten Karo, maupun berbagai isu aktual yang juga melingkupi Kabupaten Karo dan berpotensi sebagai peluang sekaligus tantangan. Topik-topik itu mencakup pertanian (teknologi, supply chain, dan lainnya), UKMK (pembinaan start-up atau local business), SDM (pendidikan/ pembinaan kualitas masyarakat Karo), pariwisata (potensi dan peluang pengembangan), pengentasan narkoba dan judi, budaya Karo, konservasi lingkungan (pengentasan sampah, eksploitasi alam, dan lainnya), covid-19 di Tanah Karo dan dampak di masa mendatang.

Poster Webinar Sura Sura Karo (Dokpri)
Poster Webinar Sura Sura Karo (Dokpri)
Poster lomba menulis gagasan
Poster lomba menulis gagasan
Poster lomba menulis gagasan
Poster lomba menulis gagasan
Saya sebagai pengurus alumni merasa sangat setuju dengan konsep perlombaan ini. Namun, tantangan dari kawanku yang satu ini tidak berhenti sampai di situ.

Mengingat batas akhir penyampaian karya dalam rangka perlombaan adalah pada tanggal 15 November 2020, maka dirasa penting untuk melakukan perjumpaan dengan para peserta maupun khalayak secara umum, meskipun tentu saja secara virtual. Disepakatilah untuk melakukan kegiatan webinar bertajuk "Kiat dan Tips Menulis 'Sura Sura Karo', Suarakan Cita-Citamu untuk Tanah Karo yang Lebih Baik", yang terbuka untuk umum dan gratis.

Kegiatan ini diniatkan lebih dari sekadar menyampaikan hal-hal teknis lainnya terkait perlombaan, tapi juga untuk berbagi tentang kiat dan trik dalam menulis sebagai tambahan bentuk pengabdian KBS 98/01 bersama Sura Sura Karo kepada peserta lomba dan masyarakat secara umum, yang menaruh minat dan perhatian dalam bidang literasi dan tulis menulis. Narasumbernya adalah mereka yang menekuni dunia literasi dan bidang tulis menulis dari berbagai aliran dan minat.

Narasumber yang pertama adalah Herison Surbakti, M.M., M.T, seorang dosen dan peneliti. Berikutnya adalah Esra Ginting, SST, MBA, seorang abdi negara yang bertugas di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kupang dan juga seorang penulis. Mereka berdua teman saya satu alumni dari KBS 98/01.

Satu hal yang membuat saya juga terharu adalah permintaan dari kawan saya Indra. Beberapa hari sebelum tanggal pelaksanaan webinar yang disepakati, dia meminta kesediaanku untuk turut menjadi narasumber ketiga pada acara dimaksud.

Bukan apa-apa, aku yang hanya memiliki pengalaman publikai tulisan melalui blog Kompasiana, bukanlah seorang penulis atau ahli dalam bidang tulis-menulis. Namun, begitulah hikmah kebersamaan dalam hidup yang digerakkan oleh rasa saling pengertian dan kerinduan untuk turut berbagi, meskipun melalui hal-hal yang kecil. Ya Tuhan, batinku, aku hanya seorang penulis receh.

Indra membesarkan hatiku. Katanya, bagaimanapun pengalaman menulis di blog akan juga bermanfaat bagi segmen penulis pemula atau calon penulis, baik yang akan mengikuti lomba, maupun yang berminat untuk menekuni bidang tulis menulis.

Taktega menolak tawaran temanku yang mencintai kampung halaman kami ini, maka aku pun memberanikan diri menerima tawarannya. O ya, sekadar tambahan informasi, bahwa peserta yang mendaftar dalam acara webinar ini dari hasil identifikasi Indra, bukan main-main.

Mereka adalah generasi milenials, yang sebagiannya adalah mahasiswa, diaspora Karo yang saat ini berdomisili di berbagai tempat. Ada yang kuliah di Moskow, Rusia. Sebagian lagi kuliah di berbagai perguruan tinggi di Jawa.

Selain itu ada juga profesional dan akademisi yang sudah berpengalaman mengelola dan menulis jurnal ilmiah. Ada juga ibu rumah tangga yang hobi membaca dan penggiat literasi pada dunia anak. Selanjutnya diaspora Karo yang saat ini berdomisili dan bekerja di pulau Dewata, Bali. Termasuk juga rekan Kompasianer yang tinggal di Jawa dan Manggarai, NTT. 

Tidak semua peserta adalah orang-orang Karo. Namun, itu malah baik menurut kami, sebab akan semakin memperkaya warna diskusi dan aneka gagasan yang bisa tercetus dari lomba. Ada rasa haru, ternyata masih banyak generasi muda, tidak saja orang Karo, yang menaruh minat dan perhatian terhadap perkembangan dan kemajuan kampung halaman, Tanah Karo.

Dari 39 orang yang mendaftar, dan 38 orang memastikan akan mengikuti acara, pada hari pelaksanaannya yang hadir memang hanya 24 orang. Namun, itu sudah cukup membanggakan bagi kami sebagai pelaksana. Jumlah yang ideal bagi sebuah kelas menulis.

Itu memang bukan sebuah kelas belajar mengajar sebagaimana halnya dalam bangku kuliah formal. Namun, lebih sebagai wadah interaksi dan diskusi yang diisi dengan pertukaran informasi, pengalaman dan manfaat dari tulis menulis. Narasumber adalah juga sebagai peserta yang menyerap manfaat dari sesama partisipan acara.

Berbagai pertanyaan yang dilontarkan peserta selama webinar berlangsung, juga menggambarkan antusiasme mereka. Mulai dari tip dan trik menulis ilmiah tapi santai, cara agar seseorang bisa lebih suka menulis, cara agar menulis dapat lebih baik, efisien, dan tidak kehilangan ide, sikap realistis dalam menulis, dan urutan penulisan sebuah gagasan tertulis yang benar.

Selain pertanyaan-pertanyaan teknis terkait dengan kepenulisan, ada juga pertanyaan terkait gambaran umum kondisi Tanah Karo. Apa yang membuat Tanah Karo unik dari daerah lain yang ada di Indonesia? Apa yang masyarakat Karo butuhkan segera? Bagaimana caranya agar ide bisa didengarkan oleh pemerintah, diimplementasikan sebagai salah satu alternatif solusi?

Herison membagikan kiat dan trik kepenulisan dalam bingkai riset dan metode ilmiah, sementara itu Esra membagikan teknik menulis untuk kepentingan publikasi di media massa berbasis berita dan opini, sekaligus juga kiat mengikuti perlombaan menulis, ia banyak menjuarai lomba menulis.

Sedangkan saya membagikan kiat menulis santai di ruang digital berdasarkan pengalaman ngeblog di Kompasiana. Takterasa waktu hampir tiga jam, sejak pukul 15:00 wib hingga pukul 17:50 wib. Kami habiskan bersama, ditengahi canda tawa, dan saling sapa dalam panggilan khas bahasa suku Karo.

Semua itu menunjukkan perasaan kedekatan dan kehangatan, dalam semangat penerimaan sesuai makna falsafah hidup orang Karo, "Merga Silima, Rakut Sitelu, Tutur Siwaluh, Perkade-kaden Sepuluh Dua Tambah Sada", meskipun sebagain besar kami belum saling kenal. Dalam prinsip falsafah yang terakhir disebut itu, Perkade-kaden Sepuluh Dua Tambah Sada, yang bisa dimaknai sebagai sikap kekerabatan dan penerimaan bahkan bagi orang yang tidak dikenal sekalipun, membuat orang-orang Karo sebenarnya sangat terbuka dan ramah terhadap keberagaman.

Sebagai blogger pemula yang baru dua tahun bergabung di Kompasiana, saya membawakan materi yang saya kutip dari sesama rekan Kompasianers penggiat literasi, pengusung isu-isu humaniora yang konsisten berbagi tentang kiat dan tip menulis di Kompasiana. Tentu saja setelah meminta izin mereka.

Saya meminjam kiat dari Romo Bobby dalam 2 artikelnya yang bertajuk 7 Tips Jitu Menulis Cerpen bagi Pemula, dan Ini 5 Cara Sederhana Meringkas Kalimat dan Artikel Kita. Juga saya meminjam artikel dari mbak Ari Budiyanti berjudul Empat Tips Menemukan Ide Menulis ala Gadis Pencinta Bunga. Tak ketinggalan artikel dari mbak Maria Ayu yang berjudul Dear Writer, Inilah 7+ Tips Menulis di Ruang Digital.

Dokpri
Dokpri
Dokpri
Dokpri
Mengutip cuplikan artikel Romo bobby dalam 7 Tips Jitu Menulis Cerpen bagi Pemula, saya juga setuju bahwa motivasi dalam menulis adalah sebuah nilai yang lebih penting sebelum berpikir tentang kiat dan tip. Bahwa setiap orang memiliki motif tersendiri dalam menulis adalah hal yang sah-sah saja dan manusiawi.

Pada hari itu, Minggu, 25 Oktober 2020, kami sudah berbagi dalam webinar kiat dan tip menulis Sura Sura Karo. Seperti "sura-sura" yang adalah cita-cita dan harapan yang mendalam dari dalam hati, maka langkah kecil yang kami awali dari ruang virtual pada hari itu kami gantungkan tinggi-tinggi sebagai sebuah harapan. Bahwa menulis adalah sebuah pekerjaan bagi keabadian.

Bukan mengajari, tapi kami saling berbagi.

Dokpri
Dokpri
Diolah dari blogshop
Diolah dari blogshop

Saya memetik hikmah dari acara webinar itu. Bahwa tidak perlu takut untuk berbagi, termasuk berbagi lewat tulisan. Tidak perlu menunggu ahli baru mulai menulis. Sebab tulisan yang digoreskan sebagai suara hati, akan bersuara dengan sendirinya begitu dia dibaca.

Saya juga memetik hikmah, bahwa ini semua adalah bagian pencapaian yang patut saya rayakan, sendiri atau bersama-sama, di tengah sisa-sisa sukacita perayaan hari ulang tahun ke-12 Kompasiana, pada 22 Oktober 2020 yang lalu. Bagaimanapun, teman-teman saya sudah mengenal saya sebagai blogger, di rumah bersama, Kompasiana.

Dirgahayu Kompasiana. Salam literasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun