Mohon tunggu...
Teopilus Tarigan
Teopilus Tarigan Mohon Tunggu... ASN - Pegawai Negeri Sipil

Pro Deo et Patria

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Menggali Makna Filosofi "Benang Sitelu Rupa" dalam Budaya Karo

19 Oktober 2020   14:50 Diperbarui: 20 Oktober 2020   01:21 2476
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Contoh tudung biasa sehari-hari saat bekerja di sawah (Dokumentasi pribadi)

2. Putih (Mbentar)
Warna putih melambangkan cahaya. Itu adalah simbol kesucian, bersih, sifat ketuhanan, dan sebagainya yang semakna.

3. Hitam (Mbiring)
Warna hitam melambangkan tanah. Itu juga bisa diartikan sebagai simbol kedukaan, pemanggilan roh-roh leluhur, dan sebagainya dalam makna yang sejenis.

Benang sitelu rupa digunakan salah satunya pada "tudung" dalam acara adat budaya suku Karo. 

Tudung adalah sejenis penutup kepala kaum wanita pada suku Karo. Kombinasi penggunaan warnanya juga berfungsi untuk mencirikan jenis upacara adat yang dilakukan.

1. Pada upacara adat pernikahan
Tudung yang dipakai pada pesta adat pernikahan terdiri dari unsur warna putih, dan hitam. Namun, lebih dominan warna merah. Ini menegaskan bahwa upacara adat pernikahan menekankan pesan penting terkait rasa semangat, nafsu, dan gairah.

Pada tudung upacara adat pernikahan, mempelai wanita akan menggunakan tiga lapis warna kain. Pada bagian paling atas, ada aksesoris bernama "ragi-ragi", berwarna merah.

Simbol yang juga menegaskan makna ini, terlihat pada kelengkapan pakaian mempelai pria, yang disebut "sertali". Aksesoris sertali ini, menyerupai "Lingga" atau fitur alat kelamin laki-laki dalam tiga dimensi.

Dalam agama Hindu, "Lingga" adalah sebuah arca atau patung, yang merupakan sebuah objek pemujaan atau sembahyang. 

Kata "Lingga" ini biasanya singkatan daripada Siwalingga, yang merupakan sebuah objek tegak, tinggi yang melambangkan falus (penis) atau kemaluan Batara Siwa. Objek ini juga merupakan lambang kesuburan.

Tudung dan Bulang-Bulang, serta seperangkat kelengkapan Pakaian Adat Karo (Dokumentasi pribadi)
Tudung dan Bulang-Bulang, serta seperangkat kelengkapan Pakaian Adat Karo (Dokumentasi pribadi)
Sementara itu, ada juga aksesoris menyerupai perwujudan gambar belanga (simbol alat kelamin wanita) pada tudung mempelai wanita, dalam upacara adat pernikahan suku Karo. Pemaknaan simbol-simbol ini bukan dalam artian banal dan vulgar.

Namun, merupakan simbol filosofis berisi doa dan berkat (toto dalam bahasa Karo) dari pihak kalimbubu (mertua, atau orang tua mempelai wanita, atau kerabat dari garis keturunan ibu, baik mempelai pria maupun wanita) kepada kedua mempelai. Isi dari doa dan berkat itu, katanya "Jumpa kam matawari ras bulan", atau "Jumpa sinangkih pinang ras sinutu cimpa".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun