2. Putih (Mbentar)
Warna putih melambangkan cahaya. Itu adalah simbol kesucian, bersih, sifat ketuhanan, dan sebagainya yang semakna.
3. Hitam (Mbiring)
Warna hitam melambangkan tanah. Itu juga bisa diartikan sebagai simbol kedukaan, pemanggilan roh-roh leluhur, dan sebagainya dalam makna yang sejenis.
Benang sitelu rupa digunakan salah satunya pada "tudung" dalam acara adat budaya suku Karo.Â
Tudung adalah sejenis penutup kepala kaum wanita pada suku Karo. Kombinasi penggunaan warnanya juga berfungsi untuk mencirikan jenis upacara adat yang dilakukan.
1. Pada upacara adat pernikahan
Tudung yang dipakai pada pesta adat pernikahan terdiri dari unsur warna putih, dan hitam. Namun, lebih dominan warna merah. Ini menegaskan bahwa upacara adat pernikahan menekankan pesan penting terkait rasa semangat, nafsu, dan gairah.
Pada tudung upacara adat pernikahan, mempelai wanita akan menggunakan tiga lapis warna kain. Pada bagian paling atas, ada aksesoris bernama "ragi-ragi", berwarna merah.
Simbol yang juga menegaskan makna ini, terlihat pada kelengkapan pakaian mempelai pria, yang disebut "sertali". Aksesoris sertali ini, menyerupai "Lingga" atau fitur alat kelamin laki-laki dalam tiga dimensi.
Dalam agama Hindu, "Lingga" adalah sebuah arca atau patung, yang merupakan sebuah objek pemujaan atau sembahyang.Â
Kata "Lingga" ini biasanya singkatan daripada Siwalingga, yang merupakan sebuah objek tegak, tinggi yang melambangkan falus (penis) atau kemaluan Batara Siwa. Objek ini juga merupakan lambang kesuburan.
Namun, merupakan simbol filosofis berisi doa dan berkat (toto dalam bahasa Karo) dari pihak kalimbubu (mertua, atau orang tua mempelai wanita, atau kerabat dari garis keturunan ibu, baik mempelai pria maupun wanita) kepada kedua mempelai. Isi dari doa dan berkat itu, katanya "Jumpa kam matawari ras bulan", atau "Jumpa sinangkih pinang ras sinutu cimpa".