Menurutnya, episteme tidak bisa dilihat atau bahkan disadari ketika kita ada di dalamnya. Hal itu disebabkan oleh pandangan bahwa kita telah berada dalam episteme yang berbeda, ketika kita sadar akan episteme yang mempengaruhi kita.
Episteme tidak bisa dilacak, tetapi dapat ditemukan dengan cara mengungkap "yang tabu", "yang gila", dan yang "tidak benar" menurut pandangan suatu zaman. Pada saat kita menemukan "yang tabu", maka kita telah mengetahui sebelumnya "yang pantas". Saat kita tahu "yang gila", maka kita sebelumnya telah tahu mana "yang normal".
Lalu siapa sebenarnya yang gila, bila kita tidak mungkin merasakan kegilaan kita saat kita berada di dalamnya?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H