Pada suatu hari, seorang bapak menyambangi apotek pada jam makan siang. Penampilannya nyentrik, dengan gelang besi bertuliskan "Tarigan".
Ia mengenakan baju kemeja dan celana jeans, serta sepatu sneakers warna merah. Wajahnya dihiasi kumis tebal serta cambang yang lebat, tapi rapi. Dia memesan obat bermerek Allopurinol dan Divoltar.
Itu adalah obat yang biasa dipesan oleh pembeli dengan keluhan penyakit asam urat. Maka paradoks pun dimulai. Saya menulisnya di Kompasiana dalam sebuah artikel berjudul "Allopurinol dan Divoltar Vs Senduduk".
Baca :Allopurinol dan Divoltar Vs Senduduk
28 Mei 2019, Cerita tentang Apotek di Blog Competition Kompasiana
Kata seorang penjaga apotek, "Aduh, sepi sekali pembeli belakangan ini."
Lalu sesaat kemudian, datanglah seorang wanita yang bekerja sebagai perawat pada salah satu klinik praktik pribadi seorang dokter spesialis saraf.
"Wah, lagi santai ya?" katanya.
"Apanya yang santai, ini sepi sekali tahu! Sudah beberapa bulan ini, sedikit sekali orang yang datang beli obat", kata si penjaga apotek.
"Wah, bukan hanya di sini. Di tempat kami, sudah sebulan ini, hanya satu orang yang datang berobat. Jangan-jangan semua orang memang sudah semakin sehat?" balas si perawat.
Demi mendengar percakapan dua orang di sebuah apotek ini, maka terbersit niat. Bila sudah ikut di K, mengapa tidak mengikuti blogcomp? Topiknya tentang cerita di Apotek Bersama ini, batinku.