Mohon tunggu...
Teopilus Tarigan
Teopilus Tarigan Mohon Tunggu... ASN - Pegawai Negeri Sipil

Pro Deo et Patria

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Tumbukan Lenting Sempurna Pariwisata, yang Sepi yang Dicari

16 Agustus 2020   16:54 Diperbarui: 17 Agustus 2020   11:13 479
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kolam pemandian sepi serasa milik sendiri| Dokumentasi pribadi

Setidaknya sudah hampir 5 bulan, sejak pandemi Covid-19 mengubah kebiasaan manusia di hampir seluruh belahan bumi demi mencegah penyebaran virus, terutama terkait aktivitas di luar ruangan. Salah satu aktivitas itu adalah soal kebiasaan jalan-jalan atau berwisata.

Dilema antara ancaman kesehatan dan terganggunya perekonomian, membuat para pelancong dan pelaku wisata mau tidak mau dituntut beradaptasi dengan kebiasaan baru dalam pariwisata yang lahir dari pandemi. Akibatnya, sudah pasti penghasilan para pelaku pariwisata terkoreksi, bahkan sampai kedalaman yang mungkin mencemaskan.

Sebagai pelaku wisata, yang sudah terbiasa dengan manajemen kerja pariwisata, sudah barang tentu waktu-waktu pada saat akhir pekan dan hari-hari libur adalah waktu emas mendulang rezeki. 

Ketika setiap hari kini ternyata terasa seperti hari libur, namun dengan keengganan sebagian orang untuk berjalan-jalan, atau karena kebijakan pihak berwenang yang memang menutup tempat wisata, maka itu adalah sebuah akhir pekan dan masa liburan yang tidak biasa.

Sementara itu, tidak mudah untuk mencari aktivitas atau pekerjaan lain untuk menyiasati keadaan. Memang banyak juga pekerja di bidang lain, mencari penghasilan alternatif untuk menjamin tercukupinya keperluan sehari-hari.

Dilema ini, sebagaimana tergambar dalam berbagai talkshow dan banyak acara dialog di berbagai media, digambarkan sebagai dilema menjaga keseimbangan antara gas dan rem pada sebuah kendaraan. 

Membuka aktivitas pariwisata seperti sedia kala sebelum adanya pandemi, akan berpotensi menyebabkan munculnya klaster baru penyebaran Covid-19. 

Namun, bila tidak ada langkah alternatif yang memungkinkan aktivitas pariwisata kembali berjalan, juga berpotensi menyebabkan terjadinya kelesuan ekonomi, terutama penurunan tingkat penghasilan para pelaku sektor pariwisata.

Bila sektor pariwisata diandaikan sebagai "pedal gas", yang berpengaruh dalam menentukan kecepatan, sementara sektor kesehatan diandaikan sebagai "pedal rem", yang berfungsi menjaga keutuhan massa keseharian kehidupan kita, maka kita dapat membuat sebuah pengandaian perkalian massa dan kecepatan yang menghasilkan sebuah momentum.

Ini bukan pendapat ilmiah. Hanya bantuan analogi untuk memahami bagaimana momentum bisa dihasilkan dari sebuah krisis, dengan penggunaan rumus fisika. Krisis yang diakibatkan, baik oleh masalah kesehatan maupun masalah ekonomi, dalam analogi sederhana ini bisa kita andaikan sebagai tumbukan.

Momentum dalam Krisis

Dalam ilmu fisika, momentum didefinisikan sebagai besaran yang dimiliki oleh benda yang bergerak. Besarnya momentum akan bergantung kepada massa dan kecepatan dari benda tersebut.

Semakin besar momentum, maka semakin dahsyat kekuatan yang dimiliki oleh suatu benda. Jika materi dalam keadaan diam, maka momentumnya sama dengan nol. Sebaliknya semakin cepat pergerakannya, semakin besar juga momentumnya.

Setidaknya, dari penjelasan di atas dapat kita pahami secara sederhana bahwa diam tidak melakukan apa-apa sama artinya dengan kehilangan momentum. Kalau bukan terobosan di bidang pariwisata, maka terobosan di bidang kesehatan, atau terobosan di kedua bidangnya sekaligus, dibutuhkan untuk menjadikan lompatan dari krisis ini menemukan momentumnya.

Semakin cepat terobosan pariwisata dan/atau terobosan kesehatan teraplikasi, maka semakin dahsyat kekuatan momentum yang dihasilkannya. Tentu saja, mewujudkan hal itu tidak semudah berbicara, berpendapat atau sekadar menuliskan narasi. Namun, diam bukan juga solusi.

Berdiam diri dengan asumsi bahwa rebahan di rumah saja adalah cara terbaik untuk menjaga kesehatan, tidak akan menjamin bahwa kita akan selamat sendiri. Memang tidak perlu keluar rumah tanpa ada alasan yang penting.

Namun, bagi masyarakat dewasa ini, jalan-jalan atau wisata pun sudah menjadi kebutuhan tersendiri yang tidak kalah penting. Apalagi bagi para pelaku pariwisata yang memang mencari rezeki dari sektor ini, orang berjalan-jalan adalah sumber mata pencaharian untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Ketidakseimbangan antara gas dan rem yang bisa menghasilkan tumbukan ini bukanlah satu-satunya ancaman. Banyak hal lain di luar sistem yang juga mempengaruhi momentum.

Terkadang kita bisa berujar, satu masalah belum selesai datang lagi masalah lain. Pandemi belum selesai datang lagi erupsi.

Kasus ini, seperti yang terjadi di kampung halaman kami ini. Selain masalah penyebaran Covid-19 sendiri tampaknya belum akan selesai dalam waktu dekat, pada Sabtu, 8 Agustus 2020 yang lalu, gunung berapi Sinabung yang berada di Kabupaten Karo, kembali erupsi melontarkan material debu vulkanik dengan tinggi kolom letusan 5.000 meter, dan abunya menyelimuti kota pariwisata Berastagi.

Hukum kekekalan momentum menyatakan bahwa jika tidak terdapat gaya luar yang bekerja pada sistem, maka momentum benda sebelum dan setelah tumbukan adalah sama. Ini berarti total momentum sistem benda sebelum tumbukan selalu sama dengan total momentum sistem benda setelah tumbukan.

Agak sulit memaksakan prinsip kekekalan momentum ini ke dalam analogi momentum kebangkitan pariwisata sebelum dan sesudah pandemi, ditambah lagi sebelum dan sesudah erupsi. Sulit mencari momentum dalam persoalan yang bertambah.

Bila krisis ini diandaikan sebagai tumbukan, maka dalam fisika tumbukan sendiri dibedakan menjadi tiga jenis, yakni tumbukan lenting sempurna, tumbukan lenting sebagian dan tumbukan tidak lenting sempurna. 

Untuk mengetahui jenis tumbukan dapat dilihat dari nilai koefisien restitusinya yaitu nilai negatif dari perbandingan antara besar kecepatan relatif kedua benda setelah tumbukan dan sebelum tumbukan.

Pada tumbukan lenting sempurna, nilai koefisien restitusinya sama dengan 1. Artinya, pada tumbukan lenting sempurna, kecepatan relatif setelah dan sebelum tumbukan besarnya sama, sehingga perbandingan keduanya bernilai 1.

Apa yang memungkinkan untuk kita bisa menemukan momentum dalam masalah yang berlapis, beberapa di antaranya adalah komitmen, kerja sama, inovasi dan kreativitas. 

Sudah banyak kisah tentang orang-orang yang justru menjadi terdepan setelah didera berbagai persoalan. Rutinitas dalam kebiasaan lama sudah jelas tidak akan mampu membuat defisit kemampuan setelah dihantam berbagai persoalan akan bisa ditutupi.

Distribusi Pendapatan dalam Adaptasi Kebiasaan Baru

Menyadari adanya salah satu kebutuhan mental yang hanya bisa terpenuhi dengan berjalan-jalan, di samping kebijakan pemerintah juga memungkinkan itu bisa dilakukan sepanjang menerapkan protokol kesehatan yang memadai, maka melancong dalam adaptasi kebiasaan baru adalah suatu kenyataan baru di beberapa objek wisata dewasa ini.

Bila dulu sudah menjadi sebuah pemahaman umum bahwa rumah makan yang ramai pengunjung pasti menyajikan menu masakan yang enak, atau objek wisata yang ramai dikunjungi adalah objek wisata yang paling menarik. 

Maka kini, dengan sudut pandang dan anjuran kesehatan sehubungan dengan pandemi, tempat-tempat yang sepi adalah pilihan terbaik bagi banyak orang yang ingin tetap berwisata dengan perasaan aman dan nyaman.

Makan di rumah makan sepi| Dokumentasi pribadi
Makan di rumah makan sepi| Dokumentasi pribadi
Makan di rumah makan sepi | Dokumentasi pribadi
Makan di rumah makan sepi | Dokumentasi pribadi
Itu adalah momentum bagi pelaku wisata dan pelaku berbagai aspek terkait lainnya, apakah itu restoran, rumah makan, transportasi, atraksi wisata, dan sebagainya. 

Kelesuan yang terjadi sebelumnya karena kalah bersaing, telah menemukan momentum kebangkitannya kini justru karena faktor gaya luar yang bekerja pada sistem. Pemahaman umum saat ini bahwa sesuatu yang paling sepi adalah sesuatu yang paling aman bagi kesehatan.

Bila memang demikian halnya, maka benar adanya sebagaimana pendapat presiden Jokowi, bahwa di momen pandemi ini, dimana banyak negara maju mengalami kemunduran, kita perlu membajak kesempatan untuk maju. 

Sebagaimana koefisien restitusi bernilai 1, karena kecepatan relatif setelah dan sebelum tumbukan besarnya sama pada tumbukan lenting sempurna, momentum menarik dalam hal ini adalah adanya redistribusi pendapatan antar pelaku dalam bidang pariwisata.

Kalau analogi ini keliru, barangkali itu adalah bukti bahwa artikel ini bukan tulisan ilmiah. Kalau analogi ini ada benarnya, kita juga tidak kehilangan apa-apa, walau juga hanya mendapatkan sedikit. Saya sendiri, merasa kalau berjalan-jalan ke tempat yang sepi pada saat ini adalah pilihan yang paling aman, bila harus berwisata.

Lagi pula ada baiknya, bagi para pelancong yang bisa menahan diri dan bergeser pemahamannya, melancong ke tempat sepi atau makan di rumah makan sepi ada juga baiknya. 

Kita jadi bisa merasa sedang berendam di fasilitas air panas pada resor milik sendiri, atau menjadi tamu istimewa dengan pelayanan penuh pada sebuah restoran atau rumah makan dengan pelayanan pribadi.

Mandi di kolam air panas sepi| Dokumentasi pribadi
Mandi di kolam air panas sepi| Dokumentasi pribadi
Kolam pemandian sepi serasa milik sendiri| Dokumentasi pribadi
Kolam pemandian sepi serasa milik sendiri| Dokumentasi pribadi
Mereka, para pelaku pariwisata itu sendiri, membutuhkan dukungan massa dan kecepatan dari kita, yang memungkinkan mereka bergerak dan menemukan momentumnya sendiri. Jangan biarkan mereka mati, sebab tidak ada batalyon yang lebih kuat dari salah satu prajuritnya yang paling lemah.

Menurutku, seharusnya seperti itu.

Referensi: kelaspintar.id

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun