Mohon tunggu...
Teopilus Tarigan
Teopilus Tarigan Mohon Tunggu... ASN - Pegawai Negeri Sipil

Pro Deo et Patria

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Mensyukuri Hobi dan Bakat, Sumbu Asa Arloji Tua

15 Agustus 2020   20:59 Diperbarui: 16 Agustus 2020   05:11 449
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sebagian dari alat kerja Pak Riadi (Dokpri)

Pada tahun 2015 yang lalu, ketika beralih tugas dari sebuah instansi tempat saya bekerja di Kabupaten Karo, saya diberikan kenang-kenangan sebuah jam tangan oleh teman-teman kantor. 

Sebagai sesama rekan kerja, saya memandang kenang-kenangan ini sebagai wujud doa harapan dari teman-teman akan hari depan yang selalu penuh keberkahan. Oleh sebab itu, saya selalu memakainya dan menganggap arloji itu sebagai sebuah hal yang berharga, terlepas dari berapa harganya secara material.

Dokpri
Dokpri
Selama memakainya, tidak pernah ada kendala dengan arloji ini. Saya sudah dua kali mengganti baterainya. Terkadang susah juga menemukan tempat yang tepat, yang menyediakan baterai yang cocok seperti ini di kota ini. Hingga pada tahun yang lalu, mungkin karena sebuah benturan yang tidak disengaja, arlojinya mati dan kacanya terlepas.

Sore tadi, saya membawanya ke sebuah toko penjual jam yang juga menyediakan jasa reparasi jam yang rusak. Adalah pak Riadi, seorang yang sudah berusia 62 tahun, yang memperbaiki arloji saya.

Sesaat memandang arloji itu, pak Riadi mengatakan bahwa mesin arlojinya rusak dan harus diganti. Biayanya 90.000 rupiah. Saya pun mengiyakan biaya untuk reparasi jam itu.

Pak Riadi dan bengkel jamnya (Dokpri)
Pak Riadi dan bengkel jamnya (Dokpri)
Memperbaiki arloji milik saya, membutuhkan waktu sekitar 30 menit. Saya pun tertarik untuk memperhatikan bagaimana ahli reparasi jam yang sudah sepuh ini bekerja.

Bagi saya yang suka menulis tentang apa saja dalam kehidupan sehari-hari, apalagi saat bertemu dengan sesuatu yang unik seperti yang ditekuni oleh pak Riadi, maka waktu 30 menit itu mengalir seperti sesi wawancara dengan pak Riadi.

Pekerjaan memperbaiki jam ini, baik arloji maupun jam dinding dari berbagai jenis, sudah ditekuni pak Riadi selama 40 tahun sejak tahun 1980. Bahkan dalam bidang pekerjaan formal seperti Pegawai Negeri Sipil, masa kerja seperti yang dijalani oleh Pak Riadi sudah layak diganjar dengan penghargaan Lencana Karya Satya Pengabdian. 

Di bidang pekerjaan Pegawai Negeri Sipil, penghargaan untuk masa pengabdian tertinggi bahkan hanya sampai masa kerja 30 tahun saja. Selain memperbaiki jam, pak Riadi juga menjual berbagai jenis jam tangan, jam dinding, jam hias, jam weker dan jam untuk meja belajar. Pak Riadi mewarisi keahlian memperbaiki jam ini secara turun-temurun dari orang tuanya.

Mereka ada lima bersaudara, tapi hanya dia sendiri yang mewarisi bakat di bidang perbaikan jam ini dari orang tuanya. Fisik pak Riadi masih tampak sehat dan segar meski sudah berusia lanjut. Bahkan untuk ukuran pekerjaan yang membutuhkan fokus penglihatan yang tajam, Pak Riadi tampak masih sangat cekatan.

Dokpri
Dokpri
Dia tidak menggunakan kaca mata, sebagaimana umumnya pada orang yang seusianya. Termasuk saat bekerja mematuti bagian-bagian kecil dalam mesin arloji yang berukuran sangat mungil, dia santai saja mengutak-atiknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun