Begitu juga halnya dengan revolusi yang dimulai dari tempat tidur ini. Bukan dalam artian tidur sama sekali tanpa berbuat apa-apa, tapi perjuangan yang tidak biasa dalam nuansa keterbatasan ini membutuhkan nyala api harapan yang tidak boleh padam, bahwa pada saatnya nanti kita akan menjalani kehidupan yang sama sekali telah berubah secara mendasar.
Perubahan ini menunjukkan bahwa nasihat praktis untuk menikmati hidup ternyata tidak mempunyai nilai yang kekal, seandainya tidak ada cinta dan kasih sayang yang memampukan kita tetap berharap tanpa dendam sesudah datangnya penderitaan dan rasa kehilangan.
Penderitaan dan rasa kehilangan karena wabah ini menyamaratakan segala sesuatu yang hidup. Kuasa Sang Pencipta yang tidak terbatas menyamaratakan segala ciptaan dalam akal, pengetahuan, hikmat dan kebijaksanaannya yang terbatas.
Ibarat dalam sebuah konser, tidak ada penonton yang bermegah atas dirinya sendiri. Sebaliknya, mereka sama-sama berjingkrak pada lagu bertempo cepat, atau sama-sama menitikkan air mata saat menyanyikan ode atau himne.
Menjalani hidup dengan penuh ungkapan syukur, dan menerima apa yang dimiliki dengan tidak membanding-bandingkan seorang dengan yang lain, hanya akan bisa terjadi dalam sebuah konser kehidupan bilamana orang-orang mampu mengenakan kasih sebagai pengikat yang menyatukan dan menyempurnakan.
Don't Look Back In Anger, tidak melihat masa lalu dengan dendam dan kemarahan, adalah revolusi tempat tidur yang mendatangkan penerimaan melampaui segala batasan.
Referensi:
wikipedia.org
cnnindonesia.com
www.azlyrics.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H