Mohon tunggu...
Teopilus Tarigan
Teopilus Tarigan Mohon Tunggu... ASN - Pegawai Negeri Sipil

Pro Deo et Patria

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Dari Membaca "Tuesday with Morrie", hingga Hobi Memberi Makan Bumi yang Berbuah Markisa

16 Mei 2020   15:38 Diperbarui: 18 Mei 2020   02:21 646
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Markisa tumbuh lebat di halaman belakang rumah (Dokpri)

Belajar mematikan perasaan dari semua pengalaman ini, menurut Morrie berguna tidak saja bagi orang yang sudah menjelang hari-hari terakhirnya, tapi juga bagi orang-orang yang merasa dirinya masih sangat sehat dan muda. Kata Morrie, "Setiap orang tahu mereka akan mati, tapi tak seorangpun percaya bahwa hal itu bisa terjadi pada mereka dalam waktu dekat."

Pentingnya mengetahui hal-hal yang perlu dipersiapkan bila kita mati nanti, sebenarnya sama pentingnya dengan hal-hal yang perlu kita ketahui tentang hidup. 

Sebab, bila kita percaya bahwa waktu kita sebenarnya sudah cukup dekat dan tidak terlalu lama dalam hidup, maka kita mungkin tidak akan seambisius sekarang. Begitu juga dengan kejahatan, kepalsuan dan kebohongan, mungkin tidak akan meraja lela.

Bila tiba pada pengalaman  sebagaimana yang dirasakan Morrie, sebab bagaimana pun ini adalah sebuah kisah nyata dari seseorang yang sudah menjelang ajalnya dengan sakit yang berkepanjangan, tentu patut juga menjadi perenungan, bahwa segala sesuatu yang begitu menyita waktu kita, entah itu pekerjaan kita, hobi yang menjadi kesenangan kita, pengakuan yang menjadi kebanggaan kita, mungkin itu semua tidak sepenting yang kita kira. 

Pada saat itu tiba, kita paling-paling akan merasa bahwa kita mungkin perlu untuk menyisihkan ruang untuk kehidupan spiritual.

Pengakuan seperti ini mungkin akan menerima respons menggelikan dari orang-orang yang merasa diri masih kuat, masih muda, masih sehat dan dengan segudang mimpi yang cemerlang gemilang. 

Namun, saat kita mendapatkan betapa normal suasana di sekeliling kita sementara kita dikejutkan oleh hal-hal buruk yang tidak pernah kita duga, yang tersisa barangkali hanya perasaan kita yang terguncang. Kita tertegun mendapatkan dunia yang tidak ikut berhenti sekalipun kita mengalami keguncangan.

Perlu untuk ikut terlibat dalam tindakan sekecil apapun untuk saling memberi saling menerima kebaikan ala ibu bumi. Mungkin akan dianggap menggelikan, tapi mengapa harus menunggu waktu terbuang percuma ketika sudah sangat terlambat saat kita menemukan bahwa bumi mungkin akan berlanjut tapi tanpa kita?

Kisah tentang Markisa dari bibit yang hampir mati yang menyempil di antara pelajaran makna hidup dari Morrie ini, pun bisa dipandang sebagai sebuah bentuk sikap penerimaan yang kekanak-kanakan dari manusia atas bumi, yang senantiasa memberi dengan dewasa. Masih lebih banyak yang kita panen dari bumi daripada yang sudah kita berikan.

Bukankah mensyukuri lima atau enam buah markisa sekali panen untuk kebutuhan vitamin C harian keluarga juga adalah aplikasi dari sepotong doa yang mengatakan "Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya?" Meminjam kata-kata Morrie, mengingat hari kematian kita saat masih hidup, ada baiknya kita berurusan dengan hal-hal yang secukupnya. 

Berpikir secukupnya, berbicara secukupnya, bercanda secukupnya, bekerja secukupnya, makan pun secukupnya. Itu pun bagian sikap hidup yang tidak ambisius juga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun