Mohon tunggu...
Teopilus Tarigan
Teopilus Tarigan Mohon Tunggu... ASN - Pegawai Negeri Sipil

Pro Deo et Patria

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

"Water & Power: A California Heist", Derita Solastalgia Ketika Air Bisa Hilang

10 Mei 2020   23:01 Diperbarui: 11 Mei 2020   14:29 707
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kebun Almond Paramount Farm dalam "Water & Power: A California Heist"| Sumber: Fresh Water Films/National Geographic

Water & Power: A California Heist, adalah judul dari sebuah film dokumenter produksi tahun 2017 yang ditayangkan di National Geographic. 

Film ini bercerita tentang air, kekuasaan, dan kehidupan manusia yang tidak bisa tidak membutuhkan air untuk hidup dalam pengaruh kapitalisme. Terjadi di sebuah tempat bernama San Joaquin Valley, California, Amerika Serikat.

Ada sepasang suami istri yang sudah tinggal di tempat itu sejak tahun 1974. Konon, saat pertama kali orangtua mereka datang bermigrasi ke tempat itu, mereka sangat takjub, karena banyak pipa yang menyemburkan air dengan melimpah dari dalam tanah. 

Saat itu, dalam kiasan mereka, mungkin tempat itulah surga, saking hijau dan suburnya dan dengan air yang melimpah.

Lalu, mulai tahun 2013, persoalan muncul. Sumur dan tangki air mereka kosong. Menurut mereka, sejak saat itu mereka selalu merasa seperti hidup di musim kemarau.

Alhasil, mereka melakukan penyesuaian drastis dalam kehidupan dan kesehariannya. Mulai dari si istri yang mengurangi luas kebunnya secara drastis, pakaian dipakai lebih lama, hingga mandi pun tidak bisa setiap hari. Semua itu disebabkan karena air bersih sudah sangat terbatas dan sulit didapatkan.

Pernah mereka berencana menjual lahan mereka dan pindah ke tempat lain. Namun, mereka pasti sulit menjual lahan dengan pasokan air yang nyaris tidak ada. Sementara membuat sumur bor untuk memompa air dari dalam perut bumi, mereka tidak memiliki cukup uang. Pasangan suami istri ini adalah pensiunan dan sudah lansia.

Water and Power: A California Heist| Sumber: Fresh Water Films/National Geographic
Water and Power: A California Heist| Sumber: Fresh Water Films/National Geographic
Pada waktu itu, untuk membuat sumur bor membutuhkan biaya US $ 3.000. dengan kurs Rp. 16.000 per dollar-nya, itu setara dengan Rp. 48.000.000. Bagi pasangan suami istri yang sudah pensiun dan lansia ini, harga itu dianggap terlalu kemahalan. 

San Joaquin Valley memang daerah yang termasuk cukup miskin dibandingkan dengan daerah lainnya di California.

Pasangan suami istri yang lansia ini, hanya segelintir contoh dari warga San Joaquin yang merasakan apa yang disebut sebagai Solastalgia. 

Itu adalah penyakit psikologis akibat perubahan lingkungan dari orang yang merasakan keadaan sukar karena sudah seperti tidak punya tempat tinggal, disebabkan dari kehilangan akan sesuatu atau berkurangnya hiburan serta merasa asing dengan keadaan rumah atau wilayah yang ditempatinya.

Di tempat yang sekarang menderita, sementara mencari tempat tinggal lain juga belum tentu mampu. Semua ini hanya gara-gara masalah air bersih.

Biang dari permasalahan air bersih ini ada kaitannya dengan Paramount Farm, sebuah lahan pertanian almond dan buah delima yang sangat luas. Pemiliknya adalah Stewart Allen Resnick, orang terkaya di dunia urutan ke-129 versi majalah Forbes.

Sebagaimana dilansir dari Kompas.com edisi 31/12/2019, Resnick dan istrinya Lynda juga tercatat sebagai salah satu dari 10 Miliarder paling dermawan sepanjang 2019. Menariknya, mereka berdonasi sebesar 750 juta dollar AS kepada California Institute of Technology untuk mendanai riset mengenai perubahan iklim.

Menurut catatan penggiat lingkungan yang juga LSM yang menjadi pengacara mewakili masyarakat setempat, Paramount Farm menyedot kebutuhan air sekitar 80% dari total kebutuhan air seluruh populasi di San Joaquin Valley, sementara hanya menyumbang kontribusinya untuk ekonomi setempat sekitar 2%.

Semakin lama, bukan hanya Paramount Farm, ada juga perusahaan lainnya yang membeli dan menguasai lahan di San Joaquin Valley. Perusahaan bernama Wonderful yang juga milik Resnick, menguasai lahan seluas 1.600 akre, Harvard seluas 10.000 akre, dan lainnya.

Penggunaan air yang berlebihan untuk keperluan perkebunan ini akhirnya mengakibatkan krisis air bersih. Pemerintah kota bahkan mengeluarkan peraturan yang mengharuskan setiap orang membatasi pengurangan air, dari mencuci, mandi dan kebutuhan akan air bersih lainnya. Sementara, pasokan air untuk perkebunan-perkebunan besar itu tampaknya sama sekali tidak terganggu.

Para pemilik perkebunan besar ini memang orang-orang berduit, bahkan ada yang termasuk dalam jajaran orang terkaya dunia. Beberapa nama yang pernah menjadi gubernur di negara bagian ini juga tampaknya mendapatkan manfaat dari pengaruh dan kekayaan pemilik bisnis dan kebun-kebun besar ini.

Maka, tak ayal lagi, bagi masyarakat di San Joaquin Valley, mereka para pekebun besar ini terlihat bukan ingin bertani. Mereka adalah kapitalis yang lebih memandang air bersih hanya sekadar komoditi. Padahal air bersih adalah hak asasi manusia.

Dari penelusuran LSM penggiat lingkungan yang menjadi pengacara dalam gugatan masyarakat terhadap pemerintah yang dipandang mengabaikan hak asasi masyarakat setempat ini, ternyata perkebunan almond dan buah delima itu memang hanya kedok belaka. 

Apa yang diincar oleh para pengusaha ini adalah air bawah tanah yang sampai pada saat itu memang belum ada diatur dalam peraturan daerah setempat. Mereka mendapatkan air bersih secara gratis dari dalam perut bumi, dan kemudian menjualnya dengan harga dua kali lipat kepada pemerintah.

Para pengusaha ini bisa berbuat sesuka hatinya, dan tampak seolah tidak ada melakukan hal yang ilegal, karena sudah bukan rahasia umum lagi, bahwa pengusaha jugalah yang punya akses luas kepada para penguasa dan membuat aturan-aturan legal demi kepentingan mereka sendiri.

Ini adalah sebuah kenyataan sebagaimana gambaran karakter Ebenezer Scrooge dalam Christmas Carol, katanya "Keadilan hanya ada di antara orang-orang yang setara". Begitulah kapitalis.

Pengusaha besar mungkin telah mengelabuhi masyarakat San Joaquin Valley melalui modifikasi komoditi dalam pasar yang berubah, dalam perselingkuhannya dengan penguasa. Almond dan buah delima hanya kedok dalam pasar yang berubah.

Ketika air bersih telah menjadi sama berharganya atau bahkan lebih berharga dari bahan bakar fosil, maka dengan jeli atau bahkan licik, para pengusaha dalam kesepakatannya dengan penguasa, meminjam istilah Goenawan Mohamad dalam buku Marxisme Seni Pembebasan, telah mereduksi makna air bersih dari kebutuhan yang merupakan hak asasi manusia menjadi sekadar komoditi dengan sederet ekuivalen yang dalam basis skala yang sama dengan kemampuan membeli dari manusia-manusia berduit dipertukarkan satu sama lain dalam ukuran harga.

Ada uang ada air, begitulah kira-kira. Makin mahal, makin bersih air, begitu lagi lebih kurangnya.

Dengan uang, ada yang didapat tapi ada pula yang hilang. Komodifikasi yang gemuruh pada pasar yang berubah, sebagaimana tulisan Mas Goen, setidaknya membuat hubungan-hubungan sosial menjadi seakan-akan lenyap. 

Hubungan yang terjalin adalah berdasarkan komoditas yang dihasilkan masing-masing. Aku bisa mendapat apa dari siapa, atau apa untungnya bagaimana dengan siapa.

Dalam kenyataan memprihatinkan tentang air bersih ini, manusia tampak tenggelam dalam peradaban pasar masyarakat ekonomi. Manusia tampak tidak bisa menentukan apa yang perlu dan bagaimana menyediakannya bagi dirinya sendiri, meskipu itu hanya sekadar air bersih.

Kedok permainan licik Paramount Farm dan pebisnis lainnya yang menyedot air bawah tanah secara berlebihan demi kepentingan bisnis kapitalis ini terbongkar, ketika mereka sendiri menjadi kesulitan air bersih, mana kala banyak petani-petani setempat yang lebih kecil juga beramai-ramai mengebor tanah dan memompa air bawah tanah dari lapisan aquifer yang sama.

Akhirnya, setelah empat tahun masa kekeringan yang hebat di daerah itu, Undang-undang air tanah California untuk pertama kalinya ditandatangani pada tahun 2016 yang lalu. Undang-undang itu mengatur mengenai banyak batasan dan kewajiban-kewajiban dalam pemanfaatan air bersih, khususnya air bawah tanah.

Dengan undang-undang itu, penggunaan air di kawasan Kern Water Bank di California kembali kepada masyarakat. Ketika air bersih kembali didistribusikan ke rumah-rumah masyarakat setempat, ada rasa tak percaya dan rasa takjub dari masyarakat itu. 

Katanya, sudah lama sekali sejak terakhir kloset duduk mereka berfungsi kini itu bisa kembali berfungsi. Keran air di kamar mandi juga sudah tersumbat karena sudah lama sekali tidak dialiri.

Ia sangat senang, ketika bisa kembali mencuci tangannya di wastafel. Pemilik rumah itu mengungkapkan perasaannya di bagian akhir tayangan, katanya "Jangan salah wahai kalian yang di luar sana, percayalah bahwa suatu saat air bisa hilang. Itu bisa saja akan datang menimpamu".

Menurut para peneliti, bahwa lebih dari satu juta warga California tidak memiliki akses ke air bersih yang bisa diminum. Itu mungkin belum seberapa, dibandingkan kenyataan apabila prediksi ini terjadi bahwa dalam 10 tahun ke depan, sepertiga populasi dunia akan kesulitan mendapatkan air.

Bahkan di beberapa tempat di dunia saat ini pun, banyak orang yang sudah menggunakan air yang sama sekali tidak bersih untuk berbagai keperluan karena kelangkaan air. 

Sungguh, masalah tentang air dan kekuasaan dalam masyarakat yang berubah ini bisa melahirkan solastalgia, manakala rasanya sudah seperti tidak punya tempat yang cocok lagi untuk ditinggali.

Referensi:

LA Times

Kompas

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun