Di bawah sinar rembulan,
Pierrot menanggapi:
Saya tidak punya bulu,
Aku di tempat tidurku;
Pergilah ke tetangga,
Saya percaya dia ada di sana;
Karena di dapur,
Kami mengalahkan korek api.
Apa yang menarik dari rekaman lagu paling tua ini adalah, yang walaupun terdengar agak seram, sebenarnya lagu ini menceritakan tentang percakapan antara Pierrot dan temannya di bawah sinar rembulan, dengan lirik narasi terkait dengan pena bulu, tulisan, rasa takut dan api.
Mencoba menafsirkan hubungan di antara keempat hal itu dengan suasana di bawah sinar rembulan pada tahun 1860 yang merupakan awal dasawarsa ke-7 abad ke-19 Masehi, yang disebut sebagai abad pertengahan, maka kita akan mencoba mencari hubungan antara pena bulu, tulisan, rasa takut dan api, dengan nuansa perasaan manusia pada awal abad yang disebut juga sebagai "Abad Kegelapan".
Sebagaimana umumnya, manusia menikmati musik dan lagu dengan beragam rasa yang timbul serta suasana yang melingkupinya. Musik dan lagu tampaknya sudah, sedang dan masih akan tetap menjadi sebuah media yang bisa menjembatani berbagai rasa yang hidup di dalam dan di antara jiwa manusia.
Jembatan dari perasaan sedih dan senang lewat rasa syukur, tercipta ketika menyanyikan sebuah lagu ungkapan syukur. Bahwa kepedihan yang diterima dan dijalani dengan ketegaran dan keikhlasan adalah sebuah kekuatan yang bisa menimbulkan ketekunan dan tahan uji.
Atau jembatan dari sakitnya perasaan patah hati menjadi penerimaan atas cinta yang tidak selamanya harus memiliki, tercipta ketika menyanyikan lagu tentang cinta sejati.
Atau bahkan perasaan riang seorang anak yang hidup dalam kepolosan meskipun dilingkupi berbagai keterbatasan orang tua, tercipta ketika menyanyikan lagu yang bercerita tentang kehangatan mentari atau kelembutan sinar rembulan.
Seringkali benda-benda langit menjadi metafora perasaan-perasaan yang muncul dalam sebuah lagu. Sebagaimana lagu "di Bawah Sinar Rembulan", barangkali itu adalah jembatan yang tercipta dari keterdesakan perasaan untuk segera keluar dari bayang-bayang ketakutan akibat mitos yang diselubungi oleh kegelapan zaman menuju pencerahan, di mana iman dan akal budi seharusnya bisa lebih seiring sejalan dan hidup berdampingan.
Pena bulu, tulisan dan api adalah beberapa kiasan yang biasa dipakai untuk menggambarkan semangat pencarian akan ilmu dan pengetahuan, yang perlu dijaga agar tidak pernah padam.Â
Sementara, sinar rembulan adalah penerang penuh kelembutan dalam pekatnya malam. Meskipun temaram, cahaya rembulan senantiasa bisa menyingkap tabir dan memandu jalan dalam temaram bayang-bayang. Sesuatu yang jelas seringkali justru berawal dari bayangan yang tampak samar-samar.