Kedua, dari Bab Keempat dengan topik "Dapat Diandalkan", yang mengatakan bahwa "Khawatir bila mendengar pujian, bersyukur bila mendengar kritikan; orang yang tulus dan berjiwa besar, lambat laun akan mendekati kita".Â
Suatu hal yang sangat sulit untuk dilakukan, tapi sebenarnya sudah banyak contoh nyata dalam kehidupan, berbagai keuntungan yang bisa didatangkan dari sikap yang tidak semata mencari pujian, tapi juga peka kepada kritikan.
Ketiga, dari Bab Kelima tentang "Cinta Sesama", yang mengatakan bahwa "Sebelum membebankan kepada orang, tanyakan kepada diri sendiri. Bila diri sendiri tidak menginginkan, jangan meminta orang lain melakukannya".Â
Sebenarnya ajaran moral dari berbagai budaya dan agama di dunia juga paralel dengan pengajaran ini, bahwa kita perlu memperbuat sesuatu kepada orang lain, apa yang kita juga ingin orang lain perbuat kepada kita.
Bila kita melihat kenyataan dari sejak awalnya virus itu dilaporkan mewabah di sana, yang telah menyita begitu banyak hal tidak saja materi dan emosi masyarakat, di Wuhan China, tapi juga kehilangan nyawa manusia, perlahan bisa mereka atasi bersama dengan nilai-nilai moral yang tertanam begitu mendalam dalam diri manusia-manusianya, baik pasien dan keluarganya, begitu pun dengan tenaga medis dan para relawannya.Â
Dari salah satu kota dengan dampak kematian paling fatal, sekaligus sebagai asal dan episentrum virus Corona, kini China bahkan sudah bangkit menjadi salah satu harapan dunia dengan sumber daya dan tenaga sukarelawannya ke berbagai negara yang terjangkit Corona di dunia.
Maka tidaklah salah bila sejak dulu diajarkan untuk mengejar ilmu sampai ke negeri China.Â
Belajar dari rumah ini seolah menjadi momen refleksi bagi keluarga-keluarga, bagaimana perilaku luhur, etika, bakti anak kepada orangtua, kasih sayang sesama saudara, pengembangan kewaspadaan diri, kepedulian terhadap lingkungan hidup, adalah beberapa syarat pendidikan moral yang mendasar, untuk mewujudkan manusia yang seutuhnya.Â
Hal itu mungkin sumber utamanya harusnya ada di keluarga, pada keteladanan orang tua, yang sebelumnya seolah hanya diserahkan menjadi tanggung jawab guru di sekolah semata, sementara para orang tua tampak cukup hanya bekerja.
Dari Wuhan China, kita bisa belajar, bahwa manusia seutuhnya tidak hanya akan mejadi andalan keluarga, tapi juga dapat diandalkan mengabdi kepada bangsa dan negara.Â
Tidak ada di antara kita yang sempurna, tapi kenyataan belajar dari rumah ini juga menunjukkan betapa kita masih perlu belajar untuk mencurahkan cinta kasih pada sesama, sebelum mempelajari keahlian dan ketrampilan di bidang ilmu lainnya. Bahwa jangan-jangan, kita sudah abai mempelajari apa yang sebenarnya pertama dan terutama.