Segala informasi itu patut kita ketahui bukan untuk membuat kita semakin panik, tapi perlu untuk kita bisa meningkatkan kesiapsiagaan kita masing-masing.
Walaupun rasanya dengan membandingkan kesiapan China dan beberapa negara lainnya dengan negara kita dalam penanganan pandemi ini, rasanya memang agak mengkhawatirkan dengan kemungkinan bahwa kondisi pandemi Corona yang akan semakin memburuk di negara kita.
Hal ini mengingat perilaku kebiasaan menjaga kebersihan dan perilaku hidup sehat yang masih agak bermasalah di negara kita. Apalagi di kampung-kampung dengan segala seremonial adat istiadat  dengan tingkat volume dan fkrekuensi mengumpulkan orang-orang dalam jumlah banyak yang sangat tinggi.
Ini adalah salah satu tantangan lainnya yang cukup serius. Dalam semua acara ini, sopan santun dan etika sangat ditekankan melalui aktivitas bersalam-salaman. Sebuah perilaku yang cukup berisiko saat ini.
Maka, tidaklah mengejutkan bila potensi tantangan yang serius dari aspek perilaku dan kehidupan sosial dalam penanganan pandemi ini di negara kita, melalui pemberitaan berbagai media dikabarkan tidak kurang dari Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia juga membuat himbauan untuk jemaat melakukan ibadah dari rumah masing-masing.
Anjuran untuk selalu mencuci tangan menggunakan sabun dengan air mengalir adalah sebagian langkah yang sudah sejak lama digaungkan sebagai salah satu bagian Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) jauh sebelum Corona menyerang.
Tapi ini bukan tanpa tantangan, karena banyak juga warga yang mengeluhkan tentang pasokan air bersih yang tidak mudah di daerah mereka. Bagaimana lagi untuk mencuci tangan cukup sering dengan air mengalir, sementara untuk mendapatkan air masak saja susah?
Atau himbauan agar para orang tua membekali anak-anak mereka dengan 1 botol kecil alkohol setiap orang sebelum berangkat ke sekolah, agar setiap kali mereka selesai menyentuh sesuatu, mereka bisa membersihkan jari jemari dan telapak tangannya. Sementara kenyataannya, alkohol pun sudah susah didapatkan, dan kalau pun ada harganya sudah cukup melambung tinggi?
Atas dasar itulah barangkali, dorongan untuk melakukan karantina diri secara mandiri, belajar di rumah, bekerja di rumah, beribadah dari rumah, sangat penting untuk disadari dan dilakukan sebagai sebuah kebijakan.
Bukan saja karena ini dipandang efektif memutus rantai sebaran virus, tapi karena realitasnya kesiapan pemerintah kitapun masih terbatas untuk melakukan penanganan seandainya didapati kasus yang perlu penanganan.
Di samping itu, kesiapsiagaan kita juga sebagai masyarakat belumlah merata di semua daerah. Menjadi benar pepatah lama, bahwa mencegah adalah lebih baik dari pada mengobati?