Pada 22 Desember 1948, atau pada masa agresi militer kedua Belanda, Presiden pertama Republik Indonesia pernah diasingkan ke Berastagi Tanah Karo. Rumah pengasingan Soekarno itu terletak di Desa Lau Gumba Kecamatan Berastagi.
Tak jauh dari rumah, ada sebatang pohon beringin besar yang berdiri kokoh. Kata istri Sumpeno, sang penjaga rumah "Itu beringin Sukarno, Pak Sukarno yang menanam."
Itulah salah satu sebabnya Presiden Sukarno mendapatkan tempat yang khusus di hati masyarakat Karo. Orang Karo menjuluki Bung Karno sebagai Bapa Rayat Sirulo atau bapak rakyat banyak, bapak lambang kemakmuran rakyat. Sebab lainnya adalah karena ajaran-ajaran Bung Karno sama dengan nilai-nilai dalam falsafah hidup masyarakat Karo, yakni gotong-royong, menghargai pluralisme, dan solidaritas.
Perjalanan sejarah Indonesia dalam perjalanan hidup Bung Karno turut mengharumkan nama Berastagi, seperti halnya Ende dan Bengkulu. Barangkali itu juga sebabnya pada tahun 2017, baik Kota Ende maupun Kabupaten Karo dipilih menjadi dua dari lima daerah percontohan gerakan nasional revolusi mental di Indonesia.
Tentu masih banyak hal lainnya yang bisa digali
Untuk dikagumi dan disayangi dari kota Berastagi
Tapi, cukuplah ini dulu untuk sekarang,
Biar kusisakan rasa rinduku untukmu selalu,
Saat pulang ke kotaku, Berastagi ...
Cintailah kotamu,
Karena kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu,
Selamat hari kasih sayang, Berastagi I Love You
Referensi :
Wikipedia, Karosiadi 1, dan 2, Historia