Mohon tunggu...
Teopilus Tarigan
Teopilus Tarigan Mohon Tunggu... ASN - Pegawai Negeri Sipil

Pro Deo et Patria

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Selamat Hari Kasih Sayang, Berastagi "I Love You"

14 Februari 2020   19:53 Diperbarui: 15 Februari 2020   08:11 1165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Berastagi Tempo Dulu (Sumber foto: https://i.pinimg.com/)

Sekilas mendengar kata Berastagi kini, barangkali orang-orang langsung terpikir dengan Judika Sihotang, salah seorang penyanyi kondang nasional saat ini, atau yang paling anyar adalah Lyodra Ginting seorang gadis jelita yang merupakan salah seorang dari 3 finalis Indonesian Idol 2020. Mereka sama-sama bertalian dengan Berastagi.

Kalau Judika memang berasal dari Berastagi, sementara Lyodra Ginting adalah keturunan etnis Karo yang merupakan golongan etnis yang mayoritas di Berastagi. Barangkali keluarganya pun banyak di kota ini, sehingga tak jarang ia menyapa warga Tanah Karo dalam setiap penampipannya, baik di Berastagi maupun Kabanjahe.

Selain itu, orang-orang juga mungkin sudah banyak yang mengenal Berastagi sebagai penghasil buah, terutama jeruk dan markisah. Jeruk Berastagi atau markisah Berastagi adalah sebagian potensi pertanian yang memang unggulan di sini. Walaupun ibarat ungkapan, "Sapi punya susu, Benggali punya nama". Bisa saja, buah jeruk dan markisah itu kini bukanlah hasil panen dari kebun-kebun yang ada di Berastagi. Entah karena apapun, memang Berastagi punya sejarah yang layak untuk lebih ditemukenali.

Berastagi pada tahun 1997 (dokpri)
Berastagi pada tahun 1997 (dokpri)

Berastagi merupakan kota terbesar kedua di Dataran Tinggi Karo setelah Kota Kabanjahe. Sebagai salah satu kota wisata yang populer di Sumatera Utara, Berastagi berjarak sekitar 66 kilometer dari Kota Medan, dan diapit oleh 2 gunung berapi aktif, yakni Gunung Sibayak dan Gunung Sinabung. Di dekat Gunung Sibayak, terdapat pemandian mata air panas. Berastagi sendiri berada di ketinggian lebih dari 1300 mdpl, menjadikan kota ini sebagai salah satu kota terdingin yang ada di Indonesia.

Aktivitas ekonomi di Berastagi memang terpusat pada produksi sayur, bunga-bunga, buah-buahan dan pariwisata. Berastagi merupakan salah satu penghasil sayur, dan buah-buahan terbesar di Sumatera Utara. Bahkan sudah di ekspor ke Singapura dan Malaysia.

Beraneka jenis bunga yang dijual di Bukit Gundaling, Berastagi (dokpri)
Beraneka jenis bunga yang dijual di Bukit Gundaling, Berastagi (dokpri)
Beraneka jenis kaktus yang dijual di Bukit Gundaling, Berastagi (dokpri)
Beraneka jenis kaktus yang dijual di Bukit Gundaling, Berastagi (dokpri)
Beraneka jenis bunga yang dijual di Bukit Gundaling, Berastagi (dokpri)
Beraneka jenis bunga yang dijual di Bukit Gundaling, Berastagi (dokpri)
Kecamatan Berastagi mempunyai luas wilayah paling kecil yaitu 30,50km2 atau 1,43% dari luas wilayah Kabupaten Karo, dengan jumlah penduduk sebanyak 50.635 jiwa, dengan kepadatan penduduk 1.660,16 jiwa/km2. Ini membuat Berastagi merupakan kecamatan dengan kepadatan penduduk tertinggi kedua setelah Kecamatan Kabanjahe, yang merupakan ibu kota Kabupaten Karo (Menurut data Kabupaten Karo Dalam Angka 2018, publikasi BPS Kab. Karo Tahun 2018).

Salah satu ruas jalan di Kota Berastagi pada tahun 1997 (dokpri)
Salah satu ruas jalan di Kota Berastagi pada tahun 1997 (dokpri)
Kepadatan penduduk Kota Berastagi berhubungan erat dengan potensinya sebagai salah satu daerah tujuan wisata di Provinsi Sumatera Utara, di mana banyak kegiatan jasa dan perhotelan, sehingga banyak masyarakat berdomisili di sini untuk melakukan aktivitas di bidang pariwisata.

Grand Hotel Brastagi tempo dulu (Sumber foto: http://karosiadi.com/wp-content/uploads/2020/02/Hotel-Brastagi.jpg)
Grand Hotel Brastagi tempo dulu (Sumber foto: http://karosiadi.com/wp-content/uploads/2020/02/Hotel-Brastagi.jpg)
Sudah jelas bahwa sesuatu yang kini menjadi klasik sesungguhnya karena berasal dari kejayaan masa lalu bila ditelisik dari sisi sejarah. Benarkah demikian dengan sisi klasikal kota Berastagi? Kita mencoba telusuri dari jejak-jejak berikut ini.

1. Pernah Ada Bandar Udara di Berastagi

Mungkin orang Berastagi dan masyarakat Kabupaten Karo pada umumnya pun tidak mengetahui fakta itu. Bukan tanpa alasan mengapa ada satu ruas jalan di Berastagi yang bernama Jalan Udara. Itu adalah sebagian dari bukti sejarah bahwa di Berastagi pernah ada bandar udara. Pada saat pembukaannya dulu, ruas jalan dari Desa Surbakti menuju Berastagi ditutup untuk semua lalu lintas, sementara sisi jalan di Berastagi yang mengarah ke  Bandara Berastagi pada hari Minggu pada waktu itu dibuka sebelum jam 8 pagi untuk semua kendaraan, kecuali untuk sado.

Peresemian Bandara Berastagi (Sumber: https://karosiadi.blogspot.com/2017/01/meriahnya-pembukaan-bandara-brastagi-16.html)
Peresemian Bandara Berastagi (Sumber: https://karosiadi.blogspot.com/2017/01/meriahnya-pembukaan-bandara-brastagi-16.html)
Penyambutan kedatangan pilot Inggris, pada pembukaan Bandara Berastagi (Sumber: https://2.bp.blogspot.com/-p2Ap23h0oIY/WIcBVHwuL0I/AAAAAAAAGEc/xDjU6gGjF_In1ZTzwdMBVX8ngQEs_XmUgCLcB/s640/Bandara%2BBrastagi%2B3.jpg)
Penyambutan kedatangan pilot Inggris, pada pembukaan Bandara Berastagi (Sumber: https://2.bp.blogspot.com/-p2Ap23h0oIY/WIcBVHwuL0I/AAAAAAAAGEc/xDjU6gGjF_In1ZTzwdMBVX8ngQEs_XmUgCLcB/s640/Bandara%2BBrastagi%2B3.jpg)
Untuk kelancaran, maka diatur lalu lintas agar secepat mungkin undangan bisa sampai ke Hotel. Semua mobil bisa berkendara ke pintu masuk hotel. Mobil-mobil undangan dapat diparkir di sini, sementara mobil-mobil lain harus  parkir di tikungan berbentuk S di jalan di depan lapangan golf saja.

Momen peresmian bandara Kota Berastagi pada 16 September 1934 itu adalah sebuah momen yang dilaksanakan secara meriah. Pesta penerbangan dalam rangka peresmian Bandara Berastagi mendapat perhatian yang sangat besar dengan kehadiran 20 pesawat terbang yang antara lain dari LA Skuadron, skuadron dari Royal Air Force, beserta kelompok olahraga terbang layang Belanda dan Inggris.

Penerimaan pilot militer Belanda, selama pembukaan Bandara Berastagi (Sumber: https://2.bp.blogspot.com/-mb7DL_F6fak/WIcBdk1MAYI/AAAAAAAAGEk/OYjt-A9fQqQ7OjWyEVOzV4qy-zXGU7wYACEw/s640/Bandara%2BBrastagi%2B4.jpg)
Penerimaan pilot militer Belanda, selama pembukaan Bandara Berastagi (Sumber: https://2.bp.blogspot.com/-mb7DL_F6fak/WIcBdk1MAYI/AAAAAAAAGEk/OYjt-A9fQqQ7OjWyEVOzV4qy-zXGU7wYACEw/s640/Bandara%2BBrastagi%2B4.jpg)
2. Pernah Ada Sejenis Akademi Militer di Berastagi pada Masa Perjuangan Kemerdekaan

Itu adalah apa yang dinamakan dengan sekolah Kadet Brastagi. Pada tanggal 27 Nopember 1945, Kompi Staf Batalyon 6/SWB yang terkepung di Berastagi berhasil kembali ke Medan dengan selamat, kompi itu dipimpin seorang tentara bernama Martinus Lubis. Pasca kejadian itu ia menjadi terkenal, karena selain ia mampu memimpin barisan-barisan rakyat walau minim senjata melawan Belanda, ia juga mampu bertahan hidup walau terluka di bagian pinggang dan mendekam selama dua minggu di rumah sakit Berastagi. Martinus hidup bersama sepupunya di Berastagi. Sepupunya yang bermarga Siregar adalah pekerja di Grand Berastagi Hotel.

Villa Bukit Kubu Berastagi, dulunya adalah bekas sekolah Kadet Berastagi (Sumber: http://karosiadi.com/wp-content/uploads/2019/10/Vila-BPM-Bukit-Kubu-Berastagi.jpg)
Villa Bukit Kubu Berastagi, dulunya adalah bekas sekolah Kadet Berastagi (Sumber: http://karosiadi.com/wp-content/uploads/2019/10/Vila-BPM-Bukit-Kubu-Berastagi.jpg)
Pada perjalanan selanjutnya Kapten Achmad Tahir mempercayakan Martinus memimpin sebuah lembaga pendidikan kadet Divisi IV TKR Komando Sumatera. Sekolah Kadet Berastagi ini menggunakan villa BPM (Bataafse Petroleum Maatschappij) di Bukit Kubu, Berastagi. Di usia 22 tahun, Martinus dipercaya menjadi Direktur Latihan Kadet Berastagi. Lebih kurang 6 bulan, Sekolah Kadet ini berhasil mendidik 149 orang kadet yang dikemudian hari berhasil ikut serta menjalani berbagai pertempuran mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Dan selanjutnya mereka mengisi kedudukan penting baik di tubuh TNI mapun di bidang non militer. Sekolah kadet ini hanya berlangsung 6 bulan, hingga ditutup pada tanggal 15 Mei 1946. Sekolah kadet ini didirikan dengan tujuan untuk mengatasi kesulitan yang terjadi selama masa perjuangan bagi TRI terkait kurangnya tenaga staf dan pimpinan ketentaraan dari lulusannya.

3. Berastagi Dipublikasi Koran Sinpo Pada 23 Juli 1938

Koran Sin Po adalah koran Tionghoa-Melayu yang berbahasa Melayu dan terbit di Hindia Belanda sejak tahun 1 Oktober 1910. Pertama kali diterbitkan sebagai surat kabar mingguan, lalu Sin Po berubah menjadi surat kabar harian pada tahun 1912 demi memenuhi permintaan yang meningkat. Dan tak berapa lama kemudian menjadi salah satu surat kabar berbahasa Melayu terbesar di Hindia Belanda.

Cover depan Koran Sin Po edisi tanggal 23 Juli 1938 (Sumber: http://karosiadi.com/wp-content/uploads/2020/02/Sin-Po.jpg)
Cover depan Koran Sin Po edisi tanggal 23 Juli 1938 (Sumber: http://karosiadi.com/wp-content/uploads/2020/02/Sin-Po.jpg)
Harian Sin Po adalah harian pertama yang memuat teks lagu kebangsaan Indonesia, Indonesia Raya, dan turut mempelopori penggunaan nama "Indonesia" untuk menggantikan "Hindia Belanda" sejak mulai Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928. Sin Po sempat berhenti terbit saat Jepang menduduki Indonesia di tahun 1942. Dan kembali terbit pada tahun 1946.

Pada tahun 1938 Sin Po memuat artikel berjudul "Dari Sumatra Barat ka Sumatra Timoer" (Sumatera Utara saat ini). Pada artikel ini narasumber berita menyampaikan bahwa mereka sampai di Tanah Karo, yakni di Kabanjahe dan Berastagi. Di dalamnya dijelaskan bahwa menuju ke Berastagi sebelumnya mereka melewati kota Kabanjahe. Berastagi dijelaskan sebagai kota yang dingin dan jauh lebih besar dari yang mereka duga. Letaknya juga lebih tinggi dari Kabanjahe dan banyak dijumpai tempat menginap, antara lain Grand Hotel Brastagi adalah yang paling jempolan. Itu adalah tahun 1938. Katanya dalam artikel itu, bukan saja bagi Sumatera, tapi bagi seluruh Indonesia, Grand Hotel Brastagi adalah salah satu hotel yang paling rapi dan baik perawatannya, bahkan lebih rapi dari hotel De Boer di Medan yang sering dipandang paling tersohor pada masa itu.

Grand Hotel Brastagi (Sumber: http://karosiadi.com/wp-content/uploads/2020/02/Hotela-Brastagi2.jpg)
Grand Hotel Brastagi (Sumber: http://karosiadi.com/wp-content/uploads/2020/02/Hotela-Brastagi2.jpg)
Lagi katanya, pekarangan hotel ini banyak ditumbuhi pohon-pohon cemara, sebuah ciri khas yang masih dijumpai di banyak tempat di Berastagi hingga kini. Berastagi katanya lagi mirip dengen Kaliurang di Yogyakarta, tapi lebih ramai dan penuh dengan villa -villa dari kongsi-kongsi (perusahaan-perusahaan) besar untuk berlibur.

Pohon-pohon cemara menjulang tinggi yang mudah dijumpai di sekitar kota Berastagi (dokpri)
Pohon-pohon cemara menjulang tinggi yang mudah dijumpai di sekitar kota Berastagi (dokpri)
Pohon-pohon cemara menjulang tinggi yang mudah dijumpai di sekitar kota Berastagi (dokpri)
Pohon-pohon cemara menjulang tinggi yang mudah dijumpai di sekitar kota Berastagi (dokpri)
Villa Mutiara, bergaya bangunan Belanda yang masih ada di Bukit Gundaling, Berastagi (dokpri)
Villa Mutiara, bergaya bangunan Belanda yang masih ada di Bukit Gundaling, Berastagi (dokpri)
Villa Sigantang Sira, bergaya bangunan Belanda yang masih ada di Bukit Gundaling, Berastagi (dokpri)
Villa Sigantang Sira, bergaya bangunan Belanda yang masih ada di Bukit Gundaling, Berastagi (dokpri)
Villa Bela Vista, bergaya bangunan Belanda yang masih ada di Bukit Gundaling, Berastagi (dokpri)
Villa Bela Vista, bergaya bangunan Belanda yang masih ada di Bukit Gundaling, Berastagi (dokpri)
Di artikel itu juga tercatat, begini: "Dari Goendalingweg jang tinggi orang bisa dapet liat panorama jang loeas sekali dan antara laen-laen lapangan terbang dari Brastagi kaliatan dari djaoe." Maksudnya, dari Bukit Gundaling, yang merupakan salah satu objek wisata yang ada di Berastagi, mereka bisa melihat lapangan terbang yang ada di lembah dari kejauhan di bawah bukit.

Pemandangan ke arah lembah di bawah Bukit Gundaling, tampak kepadatan pemukiman penduduk kini di Kota Berastagi (dokpri)
Pemandangan ke arah lembah di bawah Bukit Gundaling, tampak kepadatan pemukiman penduduk kini di Kota Berastagi (dokpri)
4. Presiden Sukarno Pernah Diasingkan ke Berastagi

Pada 22 Desember 1948, atau pada masa agresi militer kedua Belanda, Presiden pertama Republik Indonesia pernah diasingkan ke Berastagi Tanah Karo. Rumah pengasingan Soekarno itu terletak di Desa Lau Gumba Kecamatan Berastagi.

Rumah Pengasingan Sukarno di Berastagi (Foto: Pemerintah Provinsi Sumatera Utara)
Rumah Pengasingan Sukarno di Berastagi (Foto: Pemerintah Provinsi Sumatera Utara)
Bangunannya berukuran 10 x 20 meter bergaya Eropa. Sumpeno, nama pengelola rumah bersejarah ini, menuturkan bahwa rumah pengasingan Soekarno masih sama seperti sediakala saat pertama kali ditempati presiden pertama Indonesia itu bersama-sama dengan Sutan Sjahrir dan Agus Salim saat pengasingannya di Berastagi.

Tak jauh dari rumah, ada sebatang pohon beringin besar yang berdiri kokoh. Kata istri Sumpeno, sang penjaga rumah "Itu beringin Sukarno, Pak Sukarno yang menanam."

Itulah salah satu sebabnya Presiden Sukarno mendapatkan tempat yang khusus di hati masyarakat Karo. Orang Karo menjuluki Bung Karno sebagai Bapa Rayat Sirulo atau bapak rakyat banyak, bapak lambang kemakmuran rakyat. Sebab lainnya adalah karena ajaran-ajaran Bung Karno sama dengan nilai-nilai dalam falsafah hidup masyarakat Karo, yakni gotong-royong, menghargai pluralisme, dan solidaritas.

Perjalanan sejarah Indonesia dalam perjalanan hidup Bung Karno turut mengharumkan nama Berastagi, seperti halnya Ende dan Bengkulu. Barangkali itu juga sebabnya pada tahun 2017, baik Kota Ende maupun Kabupaten Karo dipilih menjadi dua dari lima daerah percontohan gerakan nasional revolusi mental di Indonesia.

Pemandangan lembah Berastagi di latar belakangi Gunung Sibayak pada tempo dulu (Sumber foto: https://cdn-2.tstatic.net/medan/foto/bank/images/brastagi_20150610_180646.jpg)
Pemandangan lembah Berastagi di latar belakangi Gunung Sibayak pada tempo dulu (Sumber foto: https://cdn-2.tstatic.net/medan/foto/bank/images/brastagi_20150610_180646.jpg)


Tentu masih banyak hal lainnya yang bisa digali
Untuk dikagumi dan disayangi dari kota Berastagi
Tapi, cukuplah ini dulu untuk sekarang,
Biar kusisakan rasa rinduku untukmu selalu,
Saat pulang ke kotaku, Berastagi ...

Cintailah kotamu,
Karena kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu,
Selamat hari kasih sayang, Berastagi I Love You

Referensi :

Wikipedia, Karosiadi 1, dan 2, Historia

Kadet Brastagi -- Akademi Militer Perjuangan, penerbit Ikatan Kadet Brastagi, 1980.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun