Mohon tunggu...
Teopilus Tarigan
Teopilus Tarigan Mohon Tunggu... ASN - Pegawai Negeri Sipil

Pro Deo et Patria

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Mencari Kesempatan di Sela Kontinum Ruang dan Waktu dalam Jernihnya Air Karang Anyer

30 Januari 2020   00:27 Diperbarui: 30 Januari 2020   01:08 567
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dengan mata airnya yang melimpah, air yang jernih dan segar, ditambah iklim yang hangat dan lembab ditandai ciri khas vegetasi dataran rendah seperti pohon kelapa, sawo dan durian, membuat acara mandi-mandi dan berendam di tempat ini sebagai sebuah kesempatan yang menyenangkan untuk menenangkan sekaligus mendinginkan kepala dan badan yang panas.

Ramainya masyarakat yang mengisi liburan Imlek 2020 di Pemandian Karang Anyer, 26/01/2020 (dokpri)
Ramainya masyarakat yang mengisi liburan Imlek 2020 di Pemandian Karang Anyer, 26/01/2020 (dokpri)
Goreng pisang rasa khas masakan rumahan dengan harga yang sangat terjangkau sebagai jajanan, ongkos parkir yang dikelola oleh masyarakat dengan harga yang wajar sebagai ganti bea masuk yang nihil, sewa pondok di tepi pemandian yang lumrah bagi rombongan sekelurahan, adalah hal-hal yang menemani kita berenang dan berendam di sini.

Di samping juga adanya kawanan monyet yang barangkali adalah penghuni asli kawasan ini. Sebagaimana umumnya di sekitar mata air atau hulu sungai, itu seringkali menjadi habitat alamiah bagi hewan primata yang dipercayai oleh kaum Darwinian sebagai kerabat dekat manusia, yang hidup dalam ruang dan waktu yang memuai dan menciut bergantian.

Teman kami yang mengajak berkunjung ke tempat bermain masa kecilnya ini sudah berusia sekitar 33 tahun. Menilik dari ceritanya bahwa tempat ini adalah tempat bermain masa kecilnya, maka barangkali itu adalah masa dimana ia masih duduk di bangku SD, sekitar 27-28 tahun yang lalu.

Dengan kata lain, setidaknya sejak rumah pompa di sumber mata airnya itu dibangun oleh orang Belanda pada tahun 1940-an, yang mana itu adalah sekitar 70-80 tahun yang lalu, maka orang-orang mungkin sudah mengenal tempat ini sebagai tempat pemandian yang asri selama lebih kurang 30-40 tahun.

Mata air Pemandian Karang Anyer dengan air yang jernih dan melimpah (dokpri)
Mata air Pemandian Karang Anyer dengan air yang jernih dan melimpah (dokpri)
Asumsi ini menandai kenyataan bahwa orang-orang yang bertindak sebagai pelaku wisata di tempat ini sekalipun ternyata kurang mengenali sejarah tempat tinggalnya sendiri. Bukankah pepatah Melayu mengajarkan bahwa tidak kenal maka tidak sayang?

Hal ini mungkin menjelaskan, mengapa akses ke tempat ini seperti kurang terawat. Pengunjung juga kurang menyadari arti penting kebersihan, tampak dari banyaknya pengunjung yang membuang sampah sembarangan bahkan ke dalam pemandian, padahal sudah ada tempat-tempat sampah yang disediakan oleh pemilik pondok.

Sempat saya tanyai, sebagian dari pengunjung ada yang berasal dari kota Medan, dari Asahan dan dari pegunungan di Tanah Karo seperti saya, yang memang berbatasan dengan Kabupaten ini.

Barangkali, kawanan monyet dari pepohonan di sekitar tempat itu sekalipun tidak mengganggu, tetapi sesekali tampak memonyongkan moncongnya seperti mengejek pengunjung yang jahil, mungkin merasakan terjadinya perubahan pada habitat alaminya ini dari kondisi pada 70-80 tahun yang lalu, saat pertama kali "manusia putih dari Eropa" disaksikan oleh nenek moyang mereka membangun hunian buatan yang tampak asing bagi mereka.

Namun, monyet yang dengan tingkat kemampuan berpikir dan kesadaran alamiahnya mungkin tidak mampu membahasakan perubahan yang mereka rasakan, sebagai sebuah dampak buruk dari spektrum ruang dan waktu yang memuai dan menciut dalam sebuah laju kontinum.

Maka, adalah sebuah jalan yang arif, apabila manusia sendiri yang katanya adalah makhluk dengan karunia akal budi lebih baik di atas makhluk hidup lainnya, lebih bertanggung jawab atas kelestarian dan kesinambungan lingkungan di sekitar tempat ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun