Maka apabila kita masih memiliki kesempatan dalam hidup, itu sebenarnya hanya karena masih Ada yang bermurah hati dan sabar terhadap kelucuan kita yang menyedihkan. Maka rasanya, menjadi sungguh sangat lucu bila masih ada orang yang bermegah dalam kekonyolannya.
Ada baiknya mengutip renungan Neti, si gadis nakal nan binal, yang lulusan antropologi dan berkeinginan mengabdikan diri menjadi sosiawati, sekalipun untuk itu ia mungkin akan menjadi perawan tua seumur hidupnya, dalam novel "Burung-Burung Rantau" karya Romo Y.B. Mangunwijaya, ketika suatu hari ia mengamati pesawat-pesawat udara yang take off dan landing saat mengantar kakaknya Bowo dan Agatha, orang Yunani, calon kakak iparnya, ke bandara Cengkareng. Bowo dan Agatha berencana berlibur ke Banda.
Terlintas di benak Neti bahwa landasan pacu dan pesawat udara bisa dijadikan simbolisasi struktur sosial di masyarakat. Pesawat jet yang dengan gagah mengudara sesaat setelah melaju kencang di atas landasan adalah gambaran orang-orang sukses, berada, kaya, terpandang, terpelajar, berkedudukan tinggi dan terhormat di masyarakat.Â
Sementara itu, landasan pacu adalah golongan orang hina dina yang keberadaannya mungkin tidak pernah dianggap atau tidak disadari di tengah-tengah masyarakat, seperti orang-orang kecil di kampung kumuh yang dilayani oleh Neti. Padahal landasan pacu itu terbuat dari beton dengan rangka konstruksi baja serta pondasi cakar ayam dari baja tebal yang ditanam dalam-dalam.
Pesawat udara mungkin bisa dengan pongah memamerkan sayap-sayap kokohnya dan badan besarnya yang didorong oleh semburan tenaga jet yang luar biasa bertenaga. Namun, bila pesawat tidak mengambil ancang-ancang di atas landasan pacu yang rata dan stabil dengan pondasinya yang kokoh, maka tidak mungkin itu bisa mengudara barang setinggi beberapa puluh meter saja.
Adakah itu juga gambaran di masyarakat bahwa di balik gilang gemilangnya seseorang, justru ada orang-orang yang teraniaya, yang ikhlas dan mengalah dalam keteraniayaannya demi seseorang lainnya menjadi tampak gagah dan gemilang?Â
Lalu, lucunya lagi, bukan saja orang teraniaya itu tidak dianggap keberadaannya, malah ia ditertawakan dan dicurigai di saat sebenarnya si kecil teraniaya sedang mempersiapkan hal-hal besar bagi kegemilangan si pongah nan penuh curiga. Hanya hati kecil dan suaranya yang paling jernih yang bisa menjawabnya.
Terang sudah terbit bagi orang benar, dan sukacita bagi orang-orang yang tulus hati (Masmur 97:11)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H