Dengan catatan, kita sendiri akan membatasi perdebatan tentang kesuksesan dalam ukuran yang dipakai secara umum.
Karena sesungguhnya, kesuksesan sendiri memiliki ukuran yang berbeda bagi setiap orang. Bagi golongan lainnya, ia mungkin berada di luar keempat kategori yang sudah disebutkan di atas.Â
Sebagai kategori kelima, orang yang seperti ini mungkin bisa dikatakan sebagai the other, orang yang lain. Katakanlah, misalnya sebagai contoh, termasuk di dalamnya adalah orang yang dengan kesadarannya sendiri memilih untuk terlihat sebagai orang bodoh.
Karena tampak menjadi korban dengan pilihannya, padahal dia sebenarnya berada pada posisi yang bisa saja mengambil keuntungan untuk menjadi pemenang. Bagian dia yang memilih untuk berkorban, apa yang menjadi kemenangan dan kepuasan adalah sesuatu yang melampaui akal.
Hal-hal yang melampaui akal, lagi-lagi akan kita hindarkan, karena itu akan berhubungan juga dengan hal-hal yang rohanis. Dan hal-hal yang rohanis hanya akan membawa kita kembali kepada perbedaan pendapat yang menyebabkan selisih paham.
Kembali ke hal sadar dan tidak sadar, maka dalam membedakan atau mencari kesamaan antara orang pintar dan bodoh, pada faktanya kita memang hanya akan mendapati antara orang yang bekerja keras dan orang yang malas.Â
Buktinya, ada orang, entah di pergaulan, di kegiatan masyarakat, di tempat kerja atau situasi-situasi lainnya, yang kehadirannya sering kali dinantikan dan tampak sebagai orang yang sangat dibutuhkan, yang barangkali tidak ada hubungannya dengan tingkat pendidikan atau kecerdasan.
Bila kita teliti lebih dalam, pada diri orang-orang yang seperti itu melekat sebuah nilai yang sebenarnya bukanlah sesuatu yang bersifat super atau luar biasa, tetapi nyaris susah ditemukan pada sembarang orang. Itu adalah komitmen.
"Karena komitmen dan pengorbanan justru dimiliki oleh orang yang sibuk, maka besar kemungkinan orang yang sibuk jugalah yang paling dapat dipercaya untuk memberikan pertolongan."
Bila menghubungkan kesadaran, akal, kepintaran, nasib, keberuntungan dan kesuksesan, memang akan ditemukan juga nilai-nilai pengorbanan. Tampaknya, orang yang sadar dan berkomitmen adalah juga yang mampu berkorban.
Tentu tidak mungkin hanya menemukan hal-hal yang positif pada diri seseorang, sekalipun dia adalah seorang yang penuh pengorbanan dan komitmen.