Mohon tunggu...
Teopilus Tarigan
Teopilus Tarigan Mohon Tunggu... ASN - Pegawai Negeri Sipil

Pro Deo et Patria

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pahlawan adalah Teladan, Tidak Cukup Hanya dengan Satu Pukulan seperti Saitama

10 November 2019   17:49 Diperbarui: 11 November 2019   00:58 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cover dari volume pertama One-Punch Man manga yang adaptasi oleh Yusuke Murata (crunchyroll.com)

Sang anak lalu pergi ke stasiun pengisian bahan bakar untuk mengisi bahan bakar. Tepat di sebelah stasiun pengisian bahan bakar terdapat sebuah bioskop. Anak itu melihat jam, masih ada cukup banyak waktu untuk menjemput ayahnya.

Maka ia memutuskan meninggalkan mobilnya di stasiun pengisian bahan bakar dan pergi menonton di bioskop terlebih dahulu. Tetapi karena terlalu asyik menonton, ia lupa waktu dan sudah terlambat lebih dari satu jam dari jadwal menjemput ayahnya.

Anak ini pun terburu-buru ke stasiun pengisian bahan bakar untuk mengambil mobilnya dan cepat-cepat berangkat menjemput ayahnya. Anak itu takut ayahnya akan marah. Maka ia mengarang sebuah cerita bohong mengapa ia terlambat menjemput.

Ketika bertemu dengan ayahnya, anak ini pun berbohong, "Ayah, mobil kita rusak, jadi tadi saya membawa ke bengkel untuk diperbaiki dulu." Sang ayah berkata kepada anaknya, "Mengapa kamu berbohong?" 

Anak itu masih terus berdalih bahwa ia tidak berbohong dan memang mobilnya rusak dan dibawa ke bengkel. Ayahnya berkata, "Ayah telah menelfon ke stasiun pengisian bahan bakar untuk mencek dan mereka membenarkan bahwa mobil kita diparkirkan di situ sejak beberapa jam lalu." Kebohongan anak itu terbongkar.

Sang ayah lalu berkata bahwa ia marah, tetapi bukan marah terhadap anaknya itu. Ia marah terhadap dirinya sendiri yang telah gagal mendidik anaknya, karena selama 16 tahun mendidik anaknya, rasa takut bahwa ayah akan marah membuat anak itu berbohong. Ini berarti bahwa ayah telah gagal mendidik sang anak.

Menyesali kesalahannya, sang ayah kemudian memutuskan untuk berjalan kaki pulang ke rumah. Anaknyanya membawa mobil mengikutinya dari belakang. Begitu tiba di rumah, anak itu meminta maaf kepada ayahnya dan berkata bahwa pelajaran kali ini sangatlah berharga seumur hidupnya. Anak itu berjanji sejak saat itu tidak akan berbohong lagi.

Cerita ini menunjukkan kepada kita bagaimana sang ayah menggunakan kebajikannya dan rasa penyesalan untuk menyadarkan anak dari kesalahan yang dibuatnya. Karena itu, ketika memberi nasihat, kita tidak hanya memerlukan hati yang tulus, kebulatan hati dan hati yang baik, tetapi juga strategi yang jitu.

Ayah yang bijaksana itu, barangkali akan menjadi pahlawan dan melahirkan para pahlawan berikutnya, tidak saja bagi keluarganya, tapi juga bagi masyarakat, bangsa dan negara.

Selamat Hari Pahlawan, 10 November 2019.

Referensi:

  • wikipedia.org/wiki/One-Punch_Man
  • Guru Cai Li Xu, Pembahasan Budi Pekerti Di Zi Gui, Menuju Kehidupan Bahagia, Jakarta: Yayasan Bhakti Putra Handal Indonesia, 2016.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun