Mohon tunggu...
Teopilus Tarigan
Teopilus Tarigan Mohon Tunggu... ASN - Pegawai Negeri Sipil

Pro Deo et Patria

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Warisan Budaya yang Membuktikan bahwa Kita Semua Bersaudara

31 Oktober 2019   18:40 Diperbarui: 1 November 2019   04:47 421
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Arca Dewa Wisnu di Kecamatan Kutabuluh Kab. Karo (Foto: Darmansyah Karosekali)

Empat kerajaan saling membantai dalam suatu praktik konspirasi. Motifnya adalah saling menaklukkan untuk memperebutkan kekuasaan pada zona perdagangan internasional yang kini dikenal dengan Selat Malaka.

Di tengah kecamuk konspirasi mematikan bermotif ekonomi itu, di tepian sungai Deli, sekitar 9 km dari Labuhan Deli, lahirlah legenda klasik bernama Puteri Hijau.

Legenda tentang sang Puteri yang digambarkan sebagai sosok yang cantik jelita bertahan hingga kini, terlihat dari sesajen dan kembang yang masih ada diantarkan para peziarah sejarah atau pengunjung yang ingin tahu dengan keberadaan legenda dan situs budaya ini.

Dalam sebuah versi sejarah yang berasal dari catatan sejarah cerita lisan yang berkembang di masyarakat Melayu Deli, dikisahkan bahwa konon dahulu kala pernah lahir seorang puteri yang sangat cantik jelita di Desa Seberaya, yang merupakan hulu sungai Petani yang bermuara ke sungai Deli, yang juga mengaliri kota Medan hingga bermuara ke Selat Malaka.

Kecantikannya yang memancarkan warna kehijauan berkilau tersohor mulai dari Aceh, Malaka, hingga bagian utara pulau Jawa. Ia kemudian dinamai Puteri Hijau.

Dalam penuturan sejarah lisan, Puteri Hijau dipercaya memiliki dua saudara kembar, salah satunya adalah seekor ular bernama Ular Simangombus dan sebuah meriam bernama Meriam Puntung.

Pecahan meriam ini saat ini sebagian ada di sebuah situs buadaya di Desa Sukanalu Simbelang Kecamatan Barusjahe dan sebagian lagi disimpan di Istana Maimoon, Medan, yang juga berfungsi sebagai museum.

Ular Simangombus dikisahkan memiliki selera makan yang luar biasa, seakan tidak pernah kenyang. Rakyat Seberaya sudah tidak sanggup lagi menyediakan makanan untuknya, sehingga ia dan Puteri Hijau bersama dengan Meriam Puntung memutuskan pindah ke hilir sungai dan menetap di sebuah perkampungan baru yang sekarang dikenal dengan nama Deli Tua. Sebuah tempat yang saat ini merupakan bagian dari Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara.

Kecantikan Sang Puteri akhirnya menyebar hingga menggapai Raja Aceh. Raja yang tertarik dengan kabar kecantikannya mengirim bala tentara untuk meminang sang Puteri.

Tapi pinangan ini ditolak dan membuat Raja Aceh betul-betul dilanda murka. Ia merasa diri dan kerajaannya dihina sehingga jatuhlah perintah untuk segera menyerang benteng Puteri Hijau. Tapi karena bentengnya sangat kokoh, pasukan Aceh gagal menembusnya.

Menyadari jumlah pasukannya makin menyusut setelah banyak yang terbunuh, panglima-panglima perang Aceh memakai siasat baru. Mereka menyuruh prajuritnya menembakkan ribuan uang emas ke arah prajurit benteng yang bertahan di balik pintu gerbang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun