Mohon tunggu...
Teopilus Tarigan
Teopilus Tarigan Mohon Tunggu... ASN - Pegawai Negeri Sipil

Pro Deo et Patria

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Kebijakan Kompleks dan Elusif di Keramaian Pasar

19 Oktober 2019   10:24 Diperbarui: 20 Oktober 2019   10:16 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tantangan ini menjadikan semangat Kartini menemukan relevansi. Maka, salah satu tantangan dan harapan yang masih akan diembankan bagi pengurus kebijakan publik ke depannya kembali lagi adalah usaha-usaha bagi terwujudnya keadilan.

Kebijakan memang akan selalu diiringi oleh hal yang positif dan negatif dalam waktu yang bersamaan, kompleks dan sukar dimengerti, merupakan siklus dengan pendekatan suksesif, diterapkan untuk dievaluasi dan diterapkan kembali, yang pasti selamanya kompleks dan sukar dimengerti.

Gambaran alamiah hal itu terlihat bagaimana ketika hujan lebat datang, sementara pada saat bersamaan belahan bumi yang lain mengalami kekeringan berkepanjangan. Itu adalah rahasia sang pencipta. 

Maksudnya, supaya kita tahu apa artinya hidup dalam kekurangan saat mengalami kelimpahan dan apa artinya hidup berpengharapan di masa kesusahan. Ketika hujan lebat datangpun, ia datang membawa berkat sekaligus ancaman bagi sebagian.

Atau seperti mentari yang memberi kehidupan tanpa memandang kebaikan dan keburukan yang telah dilakukan makhluk di bawahnya. Sesungguhnya demikianlah sukacita memiliki para pembuat kebijakan publik yang selalu memikirkan kebaikan untuk publik yang dilayaninya.

Tiba-tiba ada suara seorang ibu memanggil sambil menggedor pintu toilet dari luar, "Ada orang di dalam?" Aku di dalam lekas-lekas berbenah, keluar aku membayar dua kali lipat sewa toilet umum itu, karena memakainya cukup lama, untuk jongkok sambil membaca. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun