Mohon tunggu...
Teopilus Tarigan
Teopilus Tarigan Mohon Tunggu... ASN - Pegawai Negeri Sipil

Pro Deo et Patria

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Canggihnya Ujian Filosofis Orang Berpacaran pada Masyarakat Karo Tempo Dulu

6 September 2019   18:20 Diperbarui: 7 September 2019   05:32 945
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ini terjadi terjadi di Kanpur, Uttar Pradesh, India, pada masa kini. Sebagaimana dilansir dari laman https://www.tribunnews.com edisi 5/9/2019. Sungguh ini sebuah ironi di saat zaman ini sudah banjir dengan berbagai sumber pengetahuan dan dengan dukungan teknologi tinggi.

Sang pemuda memulai pembicaraan, katanya "O turang, morah ate, banci ka nge ndia aku nangkih ku datas ture njumpai kena si sangana mbayu?"

Bila diterjemahkan secara bebas ke dalam bahasa Indonesia kira-kira dapat diterjemahkan, "Wahai dinda pujaan hati, bisakah daku menemui dikau yang sedang menganyam tikar di atas teras rumah?"

Ture (teras) rumah adat Karo (https://www.pinterest.com)
Ture (teras) rumah adat Karo (https://www.pinterest.com)
Sekalipun si wanita juga menaruh hati kepada si pemuda, ia tidak akan langsung mempersilahkan si pria memanjat tangga untuk datang menemuinya. Maka ia akan menjawab, "Labo ateku lahang turang, tapi adi jumpa kin atendu ras aku mari dage kam ku datas arah cike si selambar enda."

Sambil si wanita menjulurkan seutas anyaman pandan ke bawah, ia mengatakan "Kanda, bukan daku tidak mau dikau naik ke atas menemuiku, tapi marilah naik ke atas lewat seutas pandan anyaman ini."

Sepintas ini seperti penolakan halus, tapi bisa juga dimaknai sebagai sebuah ujian kualitas nalar bagi seorang pemuda yang sedang jatuh cinta, apakah saat mabuk kepayang oleh cintapun kemampuan logika dan rasionya cukup bagus untuk merespons sebuah soal yang hampir mustahil untuk dijawab.

Bukankah hidup dalam kenyataan tidak melulu diisi dengan cinta dan kasih sayang? Di sana malah lebih sering dijumpai badai kehidupan.

Maka si pria akan menjawab, "Enda turang, sapu tangan man tanda mata sikutambatken alu cike, tanda aku reh njumpai kam."

Katanya, "Ini adinda, sapu tangan tanda mata dariku, terikat di anyaman pandan, sebagai pertanda diriku datang menemui dikau," sembari dia melemparkan sapu tangan miliknya yang terikat di salah satu ujung pandan anyaman kepada kekasih pujaan hatinya.

Si gadis tersipu malu, karena mendapatkan calon kekasihnya tidak kalah akal dalam menjawab. Maka iapun mempersilahkan si pria memanjat tangga menemuinya. Ujian belum selesai, karena pemuda itu tidak bisa langsung duduk begitu saja. Kata gadis yang manis itu, "Adi ngerana atendu kita, kunduli dage empatna suki ture enda kaka."

Maksudnya, "Kalau kakanda mau berbincang, maka duduklah kakanda di keempat sudut teras ini."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun