Mohon tunggu...
Teopilus Tarigan
Teopilus Tarigan Mohon Tunggu... ASN - Pegawai Negeri Sipil

Pro Deo et Patria

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Bagaimanakah Sebaiknya Aku Memperlakukan Air Hujan Sebelum Bumi Menjadi Waterworld?

21 Agustus 2019   16:25 Diperbarui: 4 September 2019   14:51 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kita sering menemukan kenyataan ironis, misalnya sebuah daerah yang terletak di dataran tinggi mengalami kebanjiran di jalan-jalan umum dan pemukiman-pemukiman penduduknya karena drainase yang buruk, warga pada kampung yang terletak di dataran tinggi yang dekat dengan sumber air tapi kekurangan air bersih, atau rumah yang kebanjiran hanya karena warga yang tinggal di lingkungan permukiman itu tidak bersedia membebaskan sedikit lahan di depan rumahnya untuk dijadikan saluran drainase. Itu hanyalah segelintir persoalan sehari-hari yang berhubungan dengan cara manusia memperlakukan air.

Lalu apa yang bisa kita lakukan mulai dari hal-hal yang kecil terkait air ini?

Salah satu hal yang paling sederhana yang mudah untuk kita lakukan adalah menabung air hujan untuk berbagai manfaat. Dalam pengertian yang sederhana, menabung air hujan ini mungkin bisa diartikan sebagai tindakan menunda limpasan air hujan mengalir bebas ke alam melalui saluran-saluran, baik yang alami maupun hasil buatan manusia, dengan menampungnya pada wadah tertentu, untuk berbagai tujuan yang bermanfaat.

Pernah pada suatu ketika saat merenovasi rumah tempat tinggal, tukang meminta dibelikan tambahan pipa air, yang katanya akan digunakan untuk membuat saluran pembuangan air permukaan di halaman dihubungkan ke saluran pembuangan limbah utama. Dengan kata lain, air hujan yang jatuh di halaman akan langsung dibuang ke saluran drainase yang ada di depan rumah.

Namun, saya tidak setuju. Saya bermaksud membuat lubang-lubang bio pori pada halaman rumput di depan maupun di samping rumah sebagai resapan bagi air hujan yang jatuh di halaman. Nantinya bio pori itu selain sebagai lubang resapan air, bisa juga dipakai untuk menimbun sisa-sisa makanan atau sampah-sampah organik, yang akan menjadi kompos atau pupuk.

Jadi kalau kata saya, membuat bio pori sama artinya dengan menabung untuk memberi makan dan memberi minum bagi bumi. Dengan begitu, air hujan yang ditabung bersama dengan sisa-sisa makanan atau sampah-sampah organik pada lubang bio pori bermanfaat menyuburkan tanah untuk tumbuhnya rumput-rumput dan tanaman-tanaman lainnya dengan subur.

halaman dengan rencana bio pori untuk resapan air dan lobang kompos (dokpri)
halaman dengan rencana bio pori untuk resapan air dan lobang kompos (dokpri)
Saya juga membuat sebuah kolam dengan ukuran yang tidak terlalu besar dan juga tidak terlalu kecil, sedang saja. Saya memelihara beberapa ekor ikan koi dan ikan nila pada kolam itu. Ini bukan sebuah upaya budi daya ikan semata. Ini masih berbicara soal menampung air hujan agar tidak terbuang percuma mengalir bebas ke drainase.

Ikan-ikan itu membantu mencegah berkembang biaknya nyamuk aedes aegypti, vektor demam berdarah. Nantinya, air hujan yang ditampung di kolam tempat hidup ikan-ikan itu, bisa juga dipakai untuk menyiram rumput, bunga-bunga dan tanaman-tanaman yang ada di halaman. Kombinasi air hujan dan ikan-ikan yang hidup dalam kolam tampungan akan menghasilkan air penyiram tanaman dengan kandungan zat mengandug Nitrogen dan Pospor yang baik bagi pertumbuhan tanaman.

ikan di selokan (dokpri)
ikan di selokan (dokpri)
Kalau contoh di atas adalah contoh "simbiosis" yang saling menguntungkan antara berbagai hal dalam hubungannya dengan air hujan, maka bukannya tidak ada contoh simbiosis yang buruk sebuah hal dalam hubungannya dengan hujan. Apakah itu? Tidak lain adalah sampah plastik.

Pernah pada suatu hari dengan hujan yang sangat lebat, beberapa ruas jalan di kota ini terendam oleh banjir tinggi dari air hujan. Limpasan air hujan mengalir deras di permukaan aspal bagai anak sungai. Air tidak lagi mengalir melalui drainase. Bila ditelisik, selain curah hujan yang tinggi dan volume drainase yang mungkin tidak sebanding dengan debet air, maka ada tumpukan sampah-sampah plastik yang tersangkut pada berbagai pipa utilitas yang melintang di dalam drainase, sehingga menghalangi air mengalir bebas dalam saluran drainase.

Contoh ini menunjukkan bagaimana air hujan dan plastik dapat bekerja sama menyebabkan berbagai kesusahan bagi manusia, yang juga seringkali terlihat sangat menyusahkan bagi lingkungan. Maka tidak jarang saat hari hujan, kendaraan-kendaraan bermotor yang berumur tua mogok di tengah jalan dan menyebabkan kemacetan lalu lintas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun