Pagit-Pagit dibuat dari bahan selulosa rumput yang berada di usus dua belas jari sapi atau kerbau, diperas untuk diambil airnya, dimasak dengan campuran daun ubi dan potongan tulang-tulang sapi, hingga menyerupai sup tapi berwarna hijau, sehingga disebut juga dengan istilah prokem masa kini "Sup Ijo." Untuk menghilangkan aroma khas usus dua belas jari, maka ada ramuan khusus dari bahan yang disebut "Kayu Cingkam," diiris dan dimasukkan ke dalam campuran pada saat dimasak.
Waktu pelaksanaan Kerja Tahun sendiri berbeda-beda, mengikuti musim panen pada setiap desa yang juga berbeda-beda. Namun, pada prinsipnya pelaksanaannya semuanya dengan tujuan yang sama, yakni mengucap syukur atas hasil panen pada satu tahun. Merayakannya dalam kebersamaan dengan seluruh anggota keluarga (tentunya yang berkesempatan hadir) dalam sebuah perayaan realisme dan emosi dengan bungkus seni.
Baca Juga:Â Pelajaran tentang Tradisi Hipokrasi dari Rasa Cimpa Gulame
Pada kenyataannya, memelihara hewan ternak dan menanam padi atau tanam-tanaman pertanian lainnya sendiri telah mengalami berbagai perkembangan bentuk. Mungkin kebanyakan petani sudah menyusun jadwal musim tanam dan musim panennya sendiri, dan tidak selalu seragam. Karena varietas bibit pertanian sendiri sudah banyak yang merupakan bibit hibrida, yang dalam satu tahun bisa mengalami musim panen hingga dua kali, tiga kali, atau lebih dan bukan hanya sekali panen setiap tahunnya. Atau hewan-hewan ternak yang sudah bisa dipanen dalam kurun 5 atau 6 bulan, atau malah kurang. Itu adalah "berkah" kemajuan teknologi.
Namun, begitulah manusia dalam hidupnya yang berlalu dalam deru waktu dan berlangsung dalam kerumuman yang penuh hiruk pikuk. Manusia memiliki koleksi pikiran yang membuatnya tidak mudah lupa atas apa yang pernah terjadi dalam kehidupan sejak zaman nenek moyangnya, dan diwariskan secara turun temurun. Maka, meskipun ia tidak hidup di zaman itu ia tidak merasa asing dengan apa yang dia lakoni kini, sebagai pewaris generasi selanjutnya.
Mengikuti hukum kekekalan energi, dimana tidak ada energi yang hilang melainkan hanya berubah bentuk, maka mungkinkah ini berarti bahwa demikian juga halnya dengan kebiasaan, sifat, karakter dan budaya manusia, sebenarnya tidak ada yang hilang melainkan hanya bentuknya yang berubah. Dan mungkin, barangkali demikian jugalah halnya mengapa ada ungkapan dalam kitab suci yang mengatakan bahwa apa yang pernah terjadi, akan terjadi lagi, apa yang pernah dilakukan, akan dilakukan lagi, tidak ada sesuatu yang baru di dunia ini. Masa kini akan segera menjadi masa lalu, dan masa depan akan segera menjadi masa kini.
Demikianlah sekelumit hubungan antara realisme, emosi dan seni dalam Kerja Tahun yang selalu datang dan pergi setiap tahunnya, memberikan pelajaran tentang kenyataan hidup yang sungguh sangat singkat. Oleh karenanya manusia perlu selalu mensyukuri waktu dan kesempatan yang tersedia baginya, disamping tentu saja mencucui piring-piring kotor, karena memang begitulah biasanya setelah pesta berakhir.
Serdang, 20 Juli 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H