Tepat hari ini pada 50 Tahun yang lalu, yakni 16 Juli 1969, tiga orang awak pesawat luar angkasa dalam misi luar angkasa Amerika Serikat bernama Apollo 11 diluncurkan dari Kennedy Space Center menggunakan roket Saturn V dan tiba di bulan pada 20 Juli pada tahun yang sama. Ini adalah sebuah misi luar angkasa berawak pertama yang berhasil membawa manusia ke bulan dan kembali dengan selamat.
Apollo 11 merupakan salah satu dari proyek NASA. Ketiga orang awak misi Apollo 11 yang merupakan manusia yang berhasil mendarat untuk pertama kalinya di permukaan bulan adalah Neil Armstrong, Edwin Aldrin, dan Michael Collins.
Di salah satu foto dengan tanggal publikasi 20 Juli 1969, yang merupakan koleksi NASA Human Space Flight Galery, tampak Edwin Aldrin berfoto di dekat modul ruang angkasa yang dipakai olehnya dan dua orang awak lainnya untuk mendarat di bulan. Salah seorang awak lainnya yang mengambil foto Aldrin tampak memantul di kaca helm milik Aldrin.
Bulan adalah satelit alami bumi satu-satunya, dan merupakan satelit terbesar kelima dalam Tata Surya. Bulan juga merupakan satelit alami terbesar di Tata Surya menurut ukuran planet yang diorbitnya, dengan diameter 27%, kepadatan 60%, dan massa 1.23% dari Bumi. Di antara satelit alami lainnya, Bulan adalah satelit terpadat kedua setelah Io, satelit Yupiter.
Bulan diperkirakan terbentuk sekitar 4,5 miliar tahun yang lalu, tak lama setelah pembentukan bumi. Meskipun terdapat sejumlah hipotesis mengenai asal usul bulan, hipotesis yang paling diterima saat ini menjelaskan bahwa bulan terbentuk dari serpihan-serpihan yang terlepas setelah sebuah benda langit seukuran Mars bertubrukan dengan bumi.
Sebelumnya, wahana antariksa pertama tanpa awak yang berhasil melakukan pendaratan lunak di permukaan bulan adalah Luna 9 milik Uni Sovyet pada tahun 1966, yang merupakan bagian dari program Lunokhod Soviet. Didorong oleh rencana peluncuran penerbangan Bulan Soviet, Apollo 8 mengirimkan misi berawak pertama ke orbit Bulan pada tahun 1968, yang kemudian berhasil mendaratkan manusia pertama kali di bulan pada 20 Juli 1969 melalui misi Apoll0 11.
Meskipun panji-panji Luna Uni Soviet tersebar di Bulan, dan bendera Amerika Serikat secara simbolis ditancapkan di lokasi pendaratan oleh astronot Apollo, tidak satupun negara yang mengklaim kepemilikan atas bagian permukaan bulan hingga saat ini. Rusia dan Amerika Serikat merupakan dua negara yang menandatangani Perjanjian Luar Angkasa pada tahun 1967, yang menyatakan bahwa bulan dan keseluruhan luar angkasa adalah "provinsi bagi seluruh umat manusia."Â
Perjanjian ini juga membatasi pemanfaatan bulan untuk tujuan damai, secara eksplisit melarang instalasi sarana militer dan senjata pemusnah massal di Bulan. Selanjutnya, Perjanjian Bulan tahun 1979 bertujuan untuk membatasi eksploitasi sumber daya Bulan oleh satu negara, tapi perjanjian ini belum ditandatangani oleh satupun negara penjelajah luar angkasa.
Secara etimologis, dalam bahasa Inggris, nama untuk satelit alami bumi adalah moon. Kata benda moon berasal dari kata moone (sekitar 1380), yang juga berkembang dari kata mone (1135), berasal dari kata bahasa Inggris Kuno mna (sebelum 725). Sebutan lain untuk Bulan dalam bahasa Inggris modern adalah lunar, berasal dari bahasa Latin Luna. Sebutan lainnya yang kurang umum adalah selenic, dari bahasa Yunani Kuno Selene, yang kemudian menjadi dasar penamaan selenografi.
Bulan telah menjadi subjek dari banyak karya seni dan sastra. Pada abad ke-2 M, Lucian menulis sebuah novel yang mengisahkan mengenai seorang pahlawan yang melakukan perjalanan ke bulan yang berpenghuni. Selanjutnya, ada Michelle Moran sang penulis buku laris "Nefertiti, Sang Ratu Keabadian," yang juga menuliskan novel berjudul Selene, nama lain dari bulan, yang diterbitkan oleh penerbit Esensi pada tahun 2009.
Markus Antonius dan Cleopatra, lebih memilih mati bunuh diri di Mesir daripada dibawa menjadi tawanan ke Roma. Sementara itu, anak mereka, Selene dan Alexander, yang juga adalah Pangeran Mesir, diangkut ke Roma. Alexander adalah saudara kembar Selene.
Meskipun oleh Oktavianus, Selene dan Alexander dikatakan sebagai tamu kaisar, tapi bagi mereka berdua kenyataan ini tidak ada bedanya dengan dijadikan sebagai tawanan. Sebenarnya, Oktavianus Augustus adalah paman Selene, karena Markus Antonius ayah Selene adalah mantan suami Oktavia, saudara perempuan Oktavianus.
Beberapa tahun di Roma, baik Selene maupun Alexander diajarkan ilmu pengetahuan di Ludus, sekolah bagi anak-anak Roma, oleh guru keluarga istana bernama Magister Verrius. Bahkan Selene mendapat pelajaran tambahan dari Vitruvius, penulis buku de architectura, sang arsitek kota Roma.
Tragis bagi Selene, di ulang tahunnya yang ke-15, Alexander justru dibunuh secara misterius, diduga karena ia dianggap ancaman bagi kekuasaan Oktavianus dan calon pewarisnya, karena Alexander adalah keturunan Alexander Agung di dinasti Ptolomeus. Selene kehilangan seluruh keluarganya.
Mengejutkan, suatu hari setelah bertahun-tahun kejadian kematian saudaranya berlalu, saat Oktavianus kembali ke Roma dari penaklukannya yang bertahun-tahun menumpas pemberontakan di Galia dan Kantabria, dalam keadaan kurang sehat dan lemah, Oktavianus memanggil Selene dan memberitahunya rencananya utk menikahkannya dengan Juba, putra Raja Juba I, raja Numidia, sang pengawal setia Oktavianus yang dibawanya ke Mesir setelah menumpas pasukan Juba I ayahnya, yang bahkan ikut ditumpas Oktavianus.
Tanpa pernah diduga Oktavianus, Juba di samping kesetiaannya sebagai pengawal kaisar seringkali mengendap-endap dalam kegelapan malam dan menyiarkan pesan-pesan keras menentang perlakuan Oktavianus yang dianggapnya kejam terhadap budak. Ia muncul secara misterius di momen-momen penting keluarga kaisar dengan nama samaran Elang Merah.
Kiprahnya Elang Merah, yang tidak diketahui oleh Oktavianus adalah Juba sendiri, cukup mengkhawatirkan Oktavianus, karena dianggap mirip pemberontakan Spartakus yang mampu menggalang 50.000 budak memberontak terhadap Kaisar meskipun akhirnya dapat ditumpas dengan penyaliban lebih 6.000 budak yang didakwa bersalah melalui pengadilan yang korup.
Orang-orang yang bermain peran ini, sedari awal sudah merancang skenario kecil miliknya sendiri. Sejak awal setelah mengalahkan Mesir, Oktavianus memang sudah merencanakan menikahkan Selene dengan Juba pengawal pribadinya dan membunuh Alexander pada waktu yang tepat, sehingga kekuasaannya tetap aman dan rakyat menganggapnya murah hati karena tidak membunuh pewaris tahta daerah taklukannya.
Juba sang pengeran Numidia dan Selene putri Cleopatra, akhirnya menikah dan memerintah bersama-sama atas kerajaan Mauritania, salah satu daerah taklukan Romawi, atas titah Kaisar Oktavianus Augustus. Juba dikenang sebagai salah satu pemimpin paling gemilang pada masanya. Selene adalah arsitek, sang perancang ibukota Caesarea yang dipandang hampir menyerupai Alexandria, ibu kota kerajaan Mesir tanah kelahirannya.
Juba dan Selene adalah pasangan suami istri yang mencintai kemanusiaan dan keadilan tanpa ingin diketahui. Mereka adalah "tawanan" dengan pikiran merdeka yang sanggup melayani dalam keterkekangannya. Pada saat yang sama, mereka juga adalah manusia biasa yang mengalami romansa, ironi dan tragedi dalam panggung teater kehidupan yang tidak pernah mereka minta.
Manusia secara umum merasa tertarik dengan berbagai kisah cerita karena mendapati cerminan dirinya dalam cerita yang dibaca atau didengarnya. Seperti kata kaisar Oktavianus Augustus kepada Selene mengutip pemikiran filsuf Yunani, Pericles: "Manusia akan dikenang ketika pergi meninggalkan kehidupan bukan berdasarkan namanya yang terpahat di prasasti atau monumen, melainkan pada rajutan kenangan atas perbuatannya dalam kehidupan orang-orang."
Selena, putri dari Cleopatra sang ratu mesir ini menguasai empat bahasa, yakni bahasa Mesir, Yunani, Latin dan Parthia. Ia juga adalah pelukis sketsa yang baik di zamannya, dan ia adalah murid Vitruvius sang arsitek kota Roma.
Sebagai putri Mesir yang diasingkan ke Roma, ia melihat kenyataan di Roma yang disebut sebagai negeri para dewa tidak lebih baik dari kenyataan di Mesir, negeri tempat kelahirannya sendiri.
Kalau Selene mengalami kehilangan seluruh anggota keluarganya, setelah ayah dan ibunya Cleopatra bunuh diri di Mesir, kakaknya Caesarion dan Antillus yang lebih dulu meninggal dalam usia masih belasan tahun, serta adiknya Ptolomeus yang mati karena influenza dan dikuburkan di Laut Tengah dalam perjalanan pembuangan tanpa pernah mencapai Roma dalam usia yang bahkan belum sepuluh tahun.
Serta kehilangan saudara kembarnya Alexander di ulang tahunnya yang ke-15, dibunuh secara misterius di Villa Palatina, tapi ia masih bisa menyembuhkan rasa pedihnya meskipun lama melalui sketsa-sketsa terbaiknya, yang tersimpan abadi di mozaik-mozaik indah kuil Pantheon di Roma. Bahkan bersama Juba suaminya yang menjadi raja Mauritania, Selene merancang sendiri arsitektur Caesarea sebagai ibu kota.
Saat memandang cahaya rembulan di malam hari ini, selain mengingat pendaratan Neil Armstrong, Edwin Aldrin, dan Michael Collins pada 50 tahun yang lalu di malam ini, mungkin menyimak bagian kisah hidup Selene, Putri Cleopatra itu, juga ada baiknya untuk merenungkan bahwa ada berbagai alasan bagi kita untuk mensyukuri kehidupan di tengah berbagai hal yang datang silih berganti, terjadi di atas permukaan bumi dan terekam oleh rembulan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H