Manusia secara umum merasa tertarik dengan berbagai kisah cerita karena mendapati cerminan dirinya dalam cerita yang dibaca atau didengarnya. Seperti kata kaisar Oktavianus Augustus kepada Selene mengutip pemikiran filsuf Yunani, Pericles: "Manusia akan dikenang ketika pergi meninggalkan kehidupan bukan berdasarkan namanya yang terpahat di prasasti atau monumen, melainkan pada rajutan kenangan atas perbuatannya dalam kehidupan orang-orang."
Selena, putri dari Cleopatra sang ratu mesir ini menguasai empat bahasa, yakni bahasa Mesir, Yunani, Latin dan Parthia. Ia juga adalah pelukis sketsa yang baik di zamannya, dan ia adalah murid Vitruvius sang arsitek kota Roma.
Sebagai putri Mesir yang diasingkan ke Roma, ia melihat kenyataan di Roma yang disebut sebagai negeri para dewa tidak lebih baik dari kenyataan di Mesir, negeri tempat kelahirannya sendiri.
Kalau Selene mengalami kehilangan seluruh anggota keluarganya, setelah ayah dan ibunya Cleopatra bunuh diri di Mesir, kakaknya Caesarion dan Antillus yang lebih dulu meninggal dalam usia masih belasan tahun, serta adiknya Ptolomeus yang mati karena influenza dan dikuburkan di Laut Tengah dalam perjalanan pembuangan tanpa pernah mencapai Roma dalam usia yang bahkan belum sepuluh tahun.
Serta kehilangan saudara kembarnya Alexander di ulang tahunnya yang ke-15, dibunuh secara misterius di Villa Palatina, tapi ia masih bisa menyembuhkan rasa pedihnya meskipun lama melalui sketsa-sketsa terbaiknya, yang tersimpan abadi di mozaik-mozaik indah kuil Pantheon di Roma. Bahkan bersama Juba suaminya yang menjadi raja Mauritania, Selene merancang sendiri arsitektur Caesarea sebagai ibu kota.
Saat memandang cahaya rembulan di malam hari ini, selain mengingat pendaratan Neil Armstrong, Edwin Aldrin, dan Michael Collins pada 50 tahun yang lalu di malam ini, mungkin menyimak bagian kisah hidup Selene, Putri Cleopatra itu, juga ada baiknya untuk merenungkan bahwa ada berbagai alasan bagi kita untuk mensyukuri kehidupan di tengah berbagai hal yang datang silih berganti, terjadi di atas permukaan bumi dan terekam oleh rembulan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H